MOSKWA, KOMPAS.com - Sebuah laporan mengungkapkan adanya ruang bawah tanah di Krimea yang diduduki Rusia, yang diduga sebagai lokasi untuk menyiksa tahanan dengan menyetrum hingga menjepit penis.
Pemantau HAM telah menacatat lebih dari 200 kasus perlakukan tidak manusiawi, yang seperempat di antaranya adalah kasus penyiksaan, kata Ukrainian Independent Information Agency (UNIAN) Information Society.
Ibrahimjon Mirpochchaev kelahiran Krimea, yang berhasil melarikan diri ke tempat aman memberitahu wartawan tentang penangkapannya dalam serangan Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) di rumahnya.
Baca juga: Inggris Bantah Pernyataan Rusia Terkait Tembakan Peringatan ke Kapal Perangnya
Ibrahimjon diikat ke kursi, kaki dan tangannya diikat dengan selotip, sebelum dipukuli secara brutal, kata UNIAN.
Melansir The Sun pada Kamis (24/6/2021), FSB diduga mencekiknya, memaksanya untuk mengaku bahwa dia ekstremis.
"Mereka melepas celana jins dan pakaian dalam saya, meletakkan saya di lantai, mengikat tangan saya di sekitar kaki saya," ujar Mirpochchaev.
"Mereka memasukkan sesuatu ke saya dari belakang dan menghubungkan sesuatu, memasukkan kain ke mulut saya," ucapnya.
Lalu, ia mengatakan bahwa mereka menyalakan semacam mesin, "dan saya tersengat listrik, saya merasa seperti terbakar di dalam."
"Kami hanya bisa menebak berapa banyak orang yang telah menderita penyiksaan Rusia di Krimea," kata Unian.
Tidak ada akses ke Krimea untuk pengawas hak asasi manusia mana pun, karena Rusia telah memblokir masuknya mereka.
Open Democracy juga melaporkan tentang mereka yang dipaksa untuk mengakui kejahatan yang dibuat-buat di bawah penyiksaan.
Baca juga: Rusia Nyatakan Perkuat Hubungan Militer dengan Myanmar
Seorang korban, Evgeny Panov mengungkapkan, "Selama penyiksaan, mereka menjepit penis saya sampai saya mati rasa." Para penculik kemudian disebutkan memukul dan menyetrumnya.
“Mereka menempelkan beberapa elektroda ke lutut kanan, kaki kiri dan pinggul saya dengan selotip, dan menyalakan listrik," ungkap Panov.
"Saya kehilangan kesadaran beberapa kali," ujarnya.
Panov menambahkan, “Mereka memukuli kepala saya dengan pipa besi, punggung saya, lengan saya, kaki saya."