Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Nyatakan Perkuat Hubungan Militer dengan Myanmar

Kompas.com - 24/06/2021, 12:20 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

MOSKWA, KOMPAS.com – Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan Moskwa berkomitmen untuk memperkuat hubungan militer dengan Myanmar.

Pernyataan tersebut disampaikan Shoigu kepada pemimpin junta militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing pada Selasa (22/6/2021) sebagaimana dilansir Reuters.

Diberitakan sebelumnya, Min Aung Hlaing, terbang ke ibu kota Rusia, Moskwa, pada Minggu (20/6/2021) untuk menghadiri konferensi keamanan.

Baca juga: Baru Dibentuk, Milisi Anti-junta Bentrok dengan Tentara Myanmar

"Kami bertekad untuk melanjutkan upaya kami memperkuat hubungan bilateral berdasarkan saling pengertian, rasa hormat, dan kepercayaan yang telah dibangun di antara kedua negara," kata Shoigu dikutip RIA.

Sebelum bertemu dengan Shoigu, Min Aung Hlain sempat bertemu dengan Nikolai Patrushev, sekretaris Dewan Keamanan Rusia.

Namun, Kremlin mengatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin tidak berencana untuk bertemu dengan Min Aung Hlaing.

Aktivis HAM menuding Moskwa melegitimasi junta militer Myanmar, yang merebut kekuasaan dalam kudeta 1 Februari, dengan melanjutkan kunjungan bilateral dan kesepakatan mengenai senjata.

Baca juga: Perusahaan Negara Myanmar di Sektor Permata dan Kayu Kena Sanksi Baru Uni Eropa

Reuters melaporkan, hubungan pertahanan antara Myanmar dan Rusia telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir.

Moskwa bahwa memberikan pelatihan dan beasiswa universitas kepada ribuan tentara Myanmar.

Selain itu, “Negeri Beruang Putih” juga menjual senjata ke militer Myanmar yang masuk daftar hitam oleh beberapa negara Barat.

Kini, sedikit informasi telah terkuak mengenai perkembangan kerja sama antara Rusia dan Myanmar dan apakah Moskwa bersedia menjual lebih banyak peralatan militer kepada Naypyidaw.

Baca juga: Rusia dan Junta Militer Myanmar Nyatakan Komitmen Perkuat Hubungan Dua Negara

Sejak merebut kekuasaan dan menahan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi, militer Myanmar menekan aksi demonstrasi dan pemogokan dengan kekerasan.

Pasukan keamanan bahkan tak segan membunuh orang dan menangkap ratusan pengunjuk rasa untuk menekan aksi demonstrasi.

Associate Professor di Institute of Asian and African Countries Moscow State University Alexey Kirichenko mengatakan, Myanmar telah lama menjadi salah satu pasar ekspor persenjataan dari Rusia.

Baca juga: Pemimpin Junta Militer Myanmar ke Luar Negeri untuk Kedua Kalinya Pasca-KTT

Kirichenko menambahkan, meningkatnya ketegangan di sana memberi peluang bagus bagi Moskwa untuk meningkatkan penjualan peralatan militer.

"Ini memungkinkan Rusia untuk membuat kontrak yang menguntungkan. Situasi di negara ini sangat sulit, dan militer Burma (Myanmar) perlu membangun potensi militer mereka," kata Kirichenko.

Pada Maret, Rusia mengaku bahwa pihaknya sangat prihatin dengan meningkatnya jumlah kematian warga sipil di Myanmar.

Baca juga: Pemimpin Junta Militer Myanmar ke Moskwa, Diundang Rusia Hadiri Konferensi Keamanan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Reuters
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com