Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aktivis Lingkungan Remaja Ini Konsisten Kampanyekan Perubahan Iklim Setelah Pandemi

Kompas.com - 26/07/2020, 16:21 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

WELLINGTON, KOMPAS.com – Sekelompok remaja dari Christchurch School, Selandia Baru, menuntut pemerintah untuk memulai kembali aksi perlawanan terhadap perubahan iklim.

Tuntutan tersebut dilontarkan setelah mereka kelar melakukan aksi penanaman pohon dan menilai Selandia Baru cukup berhasil menangani Covid-19.

Kelompok Christchurch School Strike 4 Climate melakukan aksi reboisasi di cagar alam Styx Mill untuk membantu memulihkan lahan basah asli sebagaimana dilansir dari Radio New Zealand, Minggu (26/7/2020).

Aksi mereka selama ini dan berbagai acara yang telah direncanakan pada awal tahun ini terpaksa mereka tunda karena adanya pandemi virus corona.

Baca juga: Bagaimana Perubahan Iklim Dapat Memengaruhi Ketersediaan Air Bersih? Jawaban Soal TVRI SMA 15 Juli

Salah satu anggota, Silas Zhang, mengatakan aksi yang akan mereka lakukan di masa mendatang tengah direncanakan.

Setelah periode karantina, ini adalah waktu yang tepat untuk memulai kembali aksi perlawanan terhadap perubahan iklim dan memulihkan lingkungan.

"Saya pikir Selandia Baru memiliki peluang nyata di sini untuk menjadi pemimpin dalam situasi ini [kampanye perubahan iklim], hanya saja semuanya berubah," kata Zhang.

Dia mengatakan itu bukan pertama kalinya Selandia Baru memimpin kampanye lingkungan.

Baca juga: Waspada Kekeringan, Ini Langkah Konkret Mitigasi Perubahan Iklim

Sejarah telah mencatat bahwa Selandia Baru pernah meloloskan undang-undang (UU) bebas nuklir dan menunjukkan pentingnya membuat pendirian.

"Jelas di seluruh negeri, berbagai kelompok siswa, telah mengambil tindakan sendiri untuk mengkampanyekan perubahan iklim dan berkontribusi pada komunitas mereka,” lanjut Zhang.

Dia menambahkan di tingkat nasional pasti juga ada sesuatu pekerjaan yang sedang dilakukan untuk mencegah perubahan iklim.

Christchurch School Strike 4 Climate ingin pemerintah mengumumkan keadaan darurat iklim dan membangun ekonomi berkelanjutan dengan beralih ke energi terbarukan 100 persen.

Baca juga: Ganggang Hijau, Awal Ekosistem Baru di Antartika karena Perubahan Iklim

Selain itu mereka juga menyuarakan bantunan untuk membantu negara-negara di Kepulauan Pasifik menghadapi kenaikan permukaan air laut.

Melalui laman web mereka, Christchurch School Strike 4 Climate menyatakan ingin membuat semua orang merasa bangga dalam menjaga bumi ini agar diwariskan kepada generasi mendatang.

"Kita harus menunjukkan kepada para pemimpin kita bahwa masih ada momentum," bunyi pernyataan tersebut.

Baca juga: Dapat Hadiah Rp 17 Miliar, Aktivis Greta Thunberg Donasikan Semuanya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Global
Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com