Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecelakaan Pesawat di Pakistan yang Tewaskan 97 Orang karena Pilot Bahas Covid-19

Kompas.com - 24/06/2020, 19:31 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

KARACHI, KOMPAS.com - Human error disebut merupakan penyebab utama kecelakaan pesawat di Pakistan yang menewaskan 97 orang pada Mei lalu.

Laporan yang dirilis menyebutkan, kecelakaan itu disebabkan oleh pilot yang membahas pandemi Covid-19 ketika melakukan pendaratan.

Pakistan International Airlines (PIA) menghantam permukiman pada 22 Mei, setelah dua mesinnya mati ketika mendekati Bandara Karachi, dengan hanya dua orang selamat.

Baca juga: Sebelum Jatuh, Pesawat Pakistan Mencoba Mendarat hingga Gores Runway

Menteri Penerbangan Pakistan Ghulam Sarwar Khan menyatakan, baik pilot maupun menara pengawas tak menerapkan standar yang berlaku.

Khan menerangkan, Kapten Sajjad Gull disebut membahas pandemi Covid-19 ketika mereka mencoba mendaratkan Airbus A320, dengan sistem autopilot disebut telah dimatikan.

"Pilot dan kopilotnya tidak fokus karena membahas virus corona. Mereka membahas wabah itu dan keluarga yang terdampak," jelas Khan.

Dilansir AFP Rabu (24/6/2020), Khan menjelaskan bahwa sayangnya, Kapten Gull terlampau percaya diri ketika berusaha menurunkan burung besi itu.

Laporan penyelidikan menunjukkan, pesawat itu terbang melebihi ketinggian yang dibutuhkan untuk mendarat, dengan roda pendaratan tak diturunkan.

Prosedur penerbangan langsung diabaikan baik pilot dan menara pengawas, dan berakibat pada kerusakan di bagian bodi dan mesin pesawat.

Airbus A320 tersebut kemudian turun ketika mencoba mendarat untuk kali kedua, menabrak permukiman dan menewaskan 97 orang.

Baca juga: Saya Hanya Bisa Melihat Api, Kesaksian Penumpang Selamat dari Pesawat Airbus Pakistan

Tim penyelidik, yang terdiri dari perwakilan pemerintah Perancis dan industri penerbangan, menganalisa data kokpit dan rekaman suara.

Laporan utuh insiden tersebut diperkirakan bakal dirilis pada akhir 2020, dengan analisa menyeluruh bangkai pesawat masih berlangsung.

Sang menteri penerbangan mengatakan, Airbus A320 itu berada dalam kondisi siap terbang, dengan tidak ditemukan adanya masalah teknis.

Tabrakan itu dilaporkan menghancurkan sekitar 29 rumah, dengan pemerintah siap mengganti warga yang terdampak insiden.

Airbus menerangkan, pesawat mereka itu mulai beroperasi pada 2004, sebelum dibeli PIA di 2014, dan saat ini telah mempunyai 47.100 jam terbang.

Baca juga: Saksi: Mayat Jatuh dari Langit Saat Pesawat Pakistan PIA Jatuh

Negara tetangga India itu mempunyai catatan suram penerbangan, baik militer atau sipil, dengan beberapa kali terjadi pesawat atau helikopter jatuh.

Pada 2016, pesawat PIA terbakar setelah salah satu mesin turbo propeller-nya gagal berfungsi di utara Islamabad, membunuh lebih dari 40 orang.

Adapun kecelakaan paling mematikan di sana terjadi di 2010, ketika Airbus A321 yang dioperasikan maskapai swasta mengalami kecelakaan.

Saat itu, pesawat yang terbang dari Karachi tersebut jatuh di perbukitan di luar Islamabad, dengan 152 orang di dalamnya tewas.

Baca juga: Kecelakaan Pesawat Pakistan International Airlines di Karachi, 97 Tewas, 2 Selamat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Global
Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com