Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien Sembuh Covid-19 di AS Akan Donasi Plasma untuk Penelitian Virus Corona

Kompas.com - 04/04/2020, 14:42 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

NEW YORK CITY, KOMPAS.com - Diana Berrent salah satu pasien Covid-19 yang sembuh di Amerika Serikat (AS), bersedia menjadi donor plasma untuk penelitian virus corona.

Pada pertengahan Maret, penduduk New York itu bangun dengan suhu badan 39 derajat Celcius dan dada terasa berat.

Ia termasuk golongan orang pertama yang positif virus corona di Long Island.

Kemudian minggu ini Berrent adalah pasien sembuh pertama di negara bagian itu yang diteliti antibodinya.

Baca juga: Perawat Italia yang Fotonya Tertidur Viral Mengaku Terinfeksi Virus Corona

Antibodi ini berfungi untuk menghasilkan sistem kekebalan tubuh guna menangkal virus.

Berrent berkontribusi pada tes awal yang mencari pengobatan untuk virus yang menewaskan lebih dari 51.000 orang di seluruh dunia ini.

Plasma pemulihan yakni cairan dalam darah yang penuh dengan antibodi pasca-penyakit, terbukti efektif dalam penelitian kecil untuk mengobati penyakit menular, termasuk Ebola dan SARS.

Kini, Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan AS telah memberi izin ke ilmuwan untuk bereksperimen secara hati-hati, seiring pasien virus corona yang sudah memenuhi rumah sakit.

Baca juga: Pemerintah Kepulauan Falklands Umumkan Kasus Pertama Infeksi Virus Corona

Bruce Sachias kepala petugas medis dari Pusat Darah New York, mengatakan sementara ini ada alasan untuk percaya transfusi plasma dapat membantu meringankan krisis.

Namun tes yang dilakukan belum tentu bisa langsung menghadirkan jalan keluar.

Pusat Darah New York akan mengumpulkan, menguji, dan mendistribusikan sumbangan plasma di kota.

"Sangat penting bagi kita untuk menyadari kenyataan, bahwa kita masih berada di wilayah yang sangat baru," katanya.

Baca juga: Kabar Baik di Tengah Wabah Corona: Warga Inggris Saling Berbagi Kebahagiaan

Mode krisis

Eldad Hod dan Steven Spitalnik menunjukkan optimisme, tapi sama seperti Sachias mereka menekankan ada hal yang tidak diketahui.

Keduanya adalah dokter transfusi yang memimpin uji coba di Irving Medical Center di Universitas Columbia.

Spiltanik mengatakan pada jurnalis AFP bahwa mereka percaya "dalam waktu 7-14 hari setelah timbul infeksi, manusia akan mengembangkan respons kekebalan tubuh dan akhirnya menghasilkan jumlah antibodi yang sangat tinggi."

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com