Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Radit, Mahasiswa Tunanetra Lulus Cumlaude UI dengan IPK 3,84

Kompas.com - 05/03/2024, 11:21 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Raditya Arief Putrasetiawan berhasil membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk mencapai cita-cita.

Radit lahir dengan kondisi tunanetra. Tetapi ia berhasil menamatkan pendidikan sarjana di Universitas Indonesia (UI) dengan predikat cumlaude.

Ia mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,84 dalam waktu 3,5 tahun di Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB).

Radit mengatakan bahwa prestasi yang diraihnya tidak terlepas dari support system yang ada di lingkungan UI. Keluarga, kampus, dan teman-teman adalah pihak yang paling berpengaruh atas keberhasilan pendidikannya.

Baca juga: Cerita Agus, Polisi yang Jadi Wisudawan Terbaik Unair dengan IPK 3,94

Selama menjalani proses pembelajaran, kendala akan selalu ada, menurut pengakuan Radit.

“Namun, berkat support system yang bagus, dosen dan teman-teman yang banyak membantu, kendala-kendala tersebut bisa teratasi”, ujar Radit, dilansir dari laman UI.

Perkembangan teknologi digital saat ini memudahkannya untuk mengakses materi perkuliahan, karena bahan-bahan perkuliahan yang berbentuk teks dapat dikonversikan ke dalam audio.

Hal itu tentu saja memudahkan teman-teman tunanetra saat belajar. Selain itu, banyaknya e-book dan artikel di berbagai jurnal yang tersedia di perpustakaan juga membantunya dalam menyelesaikan tugas kuliah dan penelitian tugas akhir.

Topik yang diangkat Radit ialah "Minat dan Motivasi Penyandang Tunanetra dalam Pembelajaran Bahasa Arab".

Baca juga: Kisah Ulfah, Tabung Uang KIP Kuliah buat S2, Lulus Raih IPK 4,0 di UB

Alasan Radit mengangkat topik itu karena saat ini makin banyak penyandang tunanetra yang memiliki ketertarikan pada bahasa.

Banyak penyandang tunanetra yang menganggap peran bahasa itu penting, terutama sebagai modal guna mendapatkan prospek kerja yang lebih baik.

Bahasa Arab banyak diminati, katanya, karena keindahan struktur dan keunikan bahasa.

Selain itu, bagi para tunanetra muslim ada keinginan kuat untuk dapat membaca, menghafal, dan memahami Al-Quran langsung dari sumbernya.

Meski demikian, masih ada teman-teman tunanetra yang takut menempuh pendidikan umum mengingat banyaknya kendala pada akses pembelajaran bagi para disabilitas.

Ketakutan tersebut akhirnya terbantah dengan keberhasilan Radit yang mampu membuktikan bahwa penyandang disabilitas dapat bersaing dan berprestasi.

Baca juga: LPDP-BRIN Buka Beasiswa S2-S3 Bidang Nuklir, Simak Cara Daftarnya

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com