Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski Bukan Kewajiban, UKBI Punya Sejumlah Keunggulan

Kompas.com - 01/03/2024, 16:45 WIB
Erwin Hutapea

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com – Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kemendikbud Ristek, melalui Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra menyediakan layanan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif Merdeka sejak tahun 2021.

Masyarakat dapat memanfatkan UKBI untuk memetakan kemahiran berbahasa Indonesia, terutama dalam kemampuan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.

Meski ujian ini bukan menjadi kewajiban untuk diikuti, banyak manfaat dan keunggulan yang bisa diperoleh.

Sebab, skor dan predikat dalam sertifikat UKBI dapat menjadi landasan dalam pemetaan, penapisan, dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Indonesia di berbagai bidang kerja dan jenjang pendidikan.

Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, M Abdul Khak, mengibaratkan polisi yang menguji orang untuk mendapatkan surat izin mengemudi (SIM), sedangkan Badan Bahasa menguji kemahiran berbahasa seseorang melalui UKBI untuk mendapatkan sertifikat.

“Kami hanya memperkenalkan, ini manfaatnya buat profesional atau lembaga, yang mewajibkan itu lembaga yang bersangkutan. Jadi, pihak lain yang mewajibkan, bukan kami,” kata Abdul Khak dalam Diseminasi Nasional Kemahiran Berbahasa Indonesia, Kamis (29/2/2024) di Jakarta.

Badan Bahasa mengeklaim bahwa UKBI Adaptif Merdeka memiliki tiga keunggulan. Pertama, menguji kemahiran berbahasa dengan tingkat presisi yang tinggi.

Kedua, dapat mengukur berbagai jenjang kemahiran dari yang terendah hingga tertinggi lintas waktu dan tempat.

Standar kemahiran berbahasa Indonesia diukur dengan UKBI yang terdiri dari tujuh peringkat dan predikat sebagai berikut:

  1. Istimewa (Skor: 725—800)
  2. Sangat Unggul (Skor: 641—724)
  3. Unggul (Skor: 578—640)
  4. Madya (Skor: 482—577)
  5. Semenjana (Skor: 405—481)
  6. Marginal (Skor: 326—404)
  7. Terbatas (Skor: 251—325)

Keunggulan ketiga, jumlah soal berbeda untuk setiap peserta uji. Hal ini bergantung pada estimasi kemampuan peserta uji. Waktu uji relatif untuk setiap peserta sehingga lebih efisien.

“Versi adaptif ini sistem pengujiannya sudah efektif karena dapat dilakukan di mana pun dan kapan pun. Jadwal kami sehari ada lima sesi uji, peserta boleh memilih di sesi yang mana. Itu dari sisi fleksibiltas,” ujar Abdul Khak.

“Alat uji juga bisa mendeteksi di awal uji kalau peserta menunjukkan hasil yang bagus, dia akan terus diberi soal yang lebih sulit sehingga yang bersangkutan akan mendapatkan banyak soal dan prediksi nilainya bagus. Sebaliknya, orang yang di awal nilainya tidak bagus, alat uji akan memprediksi bahwa kemampuannya hanya sampai di situ, dan yang bersangkutan akan dihentikan,” jelasnya.

Baca juga: Pentingnya UKBI bagi Kalangan Profesional, Tidak Hanya dalam Pendidikan

Sementara itu, Ketua Tim Kelompok Kepakaran dan Layanan Profesional UKBI, Elvi Suzanti, menuturkan bahwa sejak diluncurkan tahun 2021, UKBI Adaptif Merdeka mengelami sejumlah pengembangan dan inovasi.

Pada 2022, calon peserta bisa melakukan simulasi sebelum menjalani UKBI yang sesungguhnya. Kemudian, pada 2023 tersedia Tes Diskret dan Interkoneksi Simponi.

“Setelah 2021, ada simulasi untuk masyarakat yang ingin berlatih untuk ujian sesungguhnya. Ada juga Tes Diskret diskret. Karena ini murni berbasis internet, pasti koneksinya berbeda di tiap tempat. Misalnya ada kendala di satu sesi, bisa mengulang di sesi yang besangkutan,” ucap Elvi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com