Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok Prama, Guru Besar Termuda UGM yang Berusia 35 Tahun

Kompas.com - 15/02/2024, 09:46 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Mahar Prastiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Universitas Gadjah Mada (UGM) baru saja mengukuhkan guru besar termuda, Prof. Pramaditya Wicaksono, S.Si., M.Sc.

Prama, berhasil menorehkan namanya dalam sejarah UGM sebagai guru besar termuda di usia 35 tahun 11 bulan.

Prama secara resmi menerima SK Pengangkatan Guru Besar bidang Penginderaan Jauh Biodiversitas Pesisir di Fakultas Geografi UGM pada 1 Juni 2023.

Kemudian dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Penginderaan Jauh Biodiversitas Pesisir di Fakultas Geografi UGM pada Selasa, (13/2/2024) di Balai Senat UGM.

Pria kelahiran Semarang, tahun 1987 ini menjadi guru besar termuda di UGM dengan memecahkan rekor sebelumnya yaitu Prof. Agung Endro Nugroho yang meraih jabatan guru besar di usia 36 tahun 9 bulan.

Baca juga: Cerita Liza, Lolos 5 Kampus Luar Negeri Pakai Beasiswa LPDP

Dikukuhkan jadi guru besar UGM di usia 35 tahun

Prama menyelesaikan pendidikan S1 program studi Kartografi dan Penginderaan Jauh, Fakultas Geografi UGM pada tahun 2008 dengan masa studi 3 tahun 11 bulan.

Lalu, melanjutkan pendidikan S2 Geografi di Fakultas Geografi UGM tahun 2008 sampai 2010 dengan memanfaatkan Beasiswa Unggulan Dikti.

Tak hanya sampai disitu, Prama juga berhasil menyelesaikan pendidikan S3 Geografi atau Penginderaan Jauh, Joint Program Fakultas Geografi UGM dan ITT TH Koeln, Jerman di tahun 2015 dengan beasiswa program CNRD (Centers for Natural Resources and Development) melalui pendanaan dari DAAD Jerman.

Dalam pidato pengukuhan Guru Besar UGM beberapa waktu lalu, Prama memaparkan terkait pemetaan dan pemantauan padang lamun menggunakan metode penginderaan jauh.

Baca juga: Kisah Turi Ditinggal Orangtua Saat Kecil, Kini Lulus S2 Dapat IPK 4,00

Metode ini menjadi solusi paling efektif dan efisien dalam melakukan pemetaan dan pemantauan untuk memahami secara komperehensif kondisi spasial dan temporal ekosistem padang lamun.

Prama menambahkan, bahwa Indonesia memiliki potensi padang lamun mencapai 1.847341 hektare, tetapi hanya 294.464 hektare yang telah terverifikasi.

Padang lamun ini memiliki beragam fungsi ekonomis dan ekologis serta berdampak krusial dalam menjalankan konsep ekonomi biru.

Ia mencontohkan padang lamun memberikan dukungan bagi sekitar 20 persen dari industri perikanan terbesar di dunia dengan nilai diperkirakan mencapai 200 juta Euro per tahun hanya di kawasan Mediterania.

Lalu padang lamun juga berperan sebagai penyimpan karbon (carbon sink) dengan kapasitas tinggi dalam menyerap karbon jangka panjang melalui penimbunan karbon yang sangat efektif yakni lebih dari 10 kali lipat lebih efisien dibandingkan dengan ekosistem di daratan

"Meskipun hanya menempati 0,1 persen dari luas laut, padang lamun mampu menampung sekitar 18 persen dari total karbon yang terserap oleh lautan di bumi," terangnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com