Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sosok dr. Sofyan Tan, Mewujudkan Mimpi Pendidikan untuk Semua

Kompas.com - 10/02/2024, 13:20 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - dr. Sofyan Tan adalah satu dari sekian orang tokoh Tionghoa Indonesia yang kiprah dan jasanya dalam bidang pendidikan telah diapresiasi oleh banyak pihak mulai dari pemerintah maupun sektor swata.

Sofyan Tan lahir di Desa Sunggal, Medan, pada 25 September 1959 memiliki nama Tionghoa “Tan Kim Yang”. Sofyan Tan merupakan anak ke - 8 dari 10 saudara yang lahir di keluarga Tionghoa sederhana dari pasangan Hisar (Tan A Guan) dan Hermina (Lie Giok Hwa).

Sosok Sofyan Tan yang berlatar belakang pendidikan dokter ini memiliki komitmen dalam memajukan dunia pendidikan Indonesia.

Dalam buku yang berjudul “Dokter Penakluk Badai, Biografi dr Sofyan Tan (2009)” yang ditulis oleh J. Anto menceritakan bagaimana perjuangan Sofyan Tan saat kuliah di Fakulas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia (UMI) Medan.

Selama berkuliah, Sofyan Tan harus dihadapkan dengan isu rasis dirinya yang seorang keturunan Tionghoa, baik oleh dosennya maupun lingkungan pertemanannya.

Untuk menyelesaikan studi pendidikan kedokterannya, Sofyan Tan yang sudah ditinggal oleh ayahnya karena meninggal dunia pada tahun 1980 harus hidup mandiri sambil bekerja.

Berbagai ujian domestik yang harus dihadapi Sofyan Tan tidak membuat dirinya berdiam diri dari keterlibatannya pada dunia aktivis kampus dan perjuangan memajukan dunia pendidikan di daerahnya. Pada  1990, ia berhasil menyelesaikan studi pendidikan kedokterannya.

Memajukan Dunia Pendidikan Berbhineka Tunggal Ika

Pada 25 Agustus 1987, dr. Sofyan Tan yang saat itu berusia 28 tahun mendirikan Sekolah Sultan Iskandar Muda dibawah naungan Yayasan Pendidikan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) di Sunggal, Medan.

Sekolah Sultan Iskandar Muda ini memiliki jenjang pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Sekolah yang didirikan oleh dr. Sofyan Tan terinspirasi dari realitas sosial dunia pendidikan dan segregasi di masyarakat yang begitu terstratifikasi secara sosial-ekonomi, termasuk isu SARA.

Kegelisahan dan keprihatinan kondisi realitas sosial inilah yang kemudian menggerakan dr. Sofyan Tan mendirikan sekolah bagi anak-anak yang tak mampu, dengan asas pembauran.

Jika Martin Luther King di Amerika Serikat bermimpi suatu saat warga kulit hitam bisa punya hak-hak yang setara dengan warga kulit putih lainnya, maka mimpi Sofyan Tan kala mendirikan Sekolah Sultan Iskandar Muda adalah agar suatu saat anak-anak miskin bisa bersekolah di sekolah yang bermutu.

Sekolah yang didirikan oleh dr. Sofyan Tan ini diharapkan dapat menjadi media untuk mengatasi persoalan prasangka dan cara pandang yang stereotip. Padahal sesungguhnya perbedaan suku, agama, dan ras adalah hal yang harus disyukuri.

Untuk itu Sekolah Sultan Iskandar Muda ini memiliki visi mendidik generasi muda Indonesia menjadi manusia yang cerdas, religius, humanis dalam bingkai kesetaran dan keberagaman.

Penerapan Pendidikan Multikultural yang diselenggarakan di sekolah ini dilaksanakan dengan berbagai langkah kegiatan, diantaranya:

  • Doa lintas agama pada kegiatan belajar mengajar di kelas dan upacara nasional, perayaan hari besar agama dr. Sofyan Tan: Sosok Dokter Pendidikan Beresep Kesetaraan dan Bhinneka Tunggal Ika atau kegiatan pengayaan peserta didik.
  • Pengintegrasian nilai-nilai multikultural dalam setiap pembelajaran.
  • Mengadakan kelas agama bersama dengan mengadakan diskusi dan dialog peserta didik lintas agama untuk membahas topik tertentu dan difasilitasi guru lintas agama yang bertujuan menanamkan ajaran agama yang inklusif.
  • Kegiatan ekstrakurikuler yang mengasah kemampuan literasi, seni, dan berpikir kritis yang berbasis pendidikan multikultural.
  • Klub penelitian sains dan ilmu sosial.
  • Kurikulum nasional yang dikembangkan sesuai dengan visi dan misi sekolah, dan terintegrasi.

Untuk itulah di sekolah yang didirikan dr. Sofyan Tan tidak ada kelompok mayoritas atau minoritas, bahkan ia membuat tempat ibadah dari berbagai agama yang dianut oleh masyarakat Indonesia.

dr. Sofyan Tan ingin menghadirkan pendidikan yang berbhineka tunggal ika sesuai dengan semboyan bangsa Indonesia.

Selain itu juga, bagi anak yang kurang beruntung secara ekonomi yang melanjutkan pendidikan di YPSIM dibebaskan dari biaya uang sekolah dan mendapatkan hak dan kewajiban yang sama seperti peserta didik lainnya.

Sejak tahun 1989 dr. Sofyan Tan juga turun langsung ke rumah-rumah warga prasejahtera untuk mengulurkan tangan membantu anak-anak bangsa agar bisa melanjutkan pendidikan.

Mimpi dr. Sofyan Tan adalah terwujudnya education for all di Indonesia.

Baca juga: Bayar Kuliah Pakai Pinjol, Komisi X DPR: Dunia Pendidikan Bukan Ladang Bisnis

Program Orangtua Asuh Bersilang dan Beasiswa

Untuk membantu masyarakat dari kelas ekonomi yang kurang, dr. Sofyan Tan juga membuat program orangtua asuh dengan sistem berantai dan bersilang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com