Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan "Edutech" Alami Tantangan Pasca Pandemi Covid-19 Berakhir

Kompas.com - 25/01/2024, 21:27 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Perjalanan education technology (Edutech) mengalami tantangan berat pasca berakhirnya pandemi Covid-19. Itu karena, kegiatan pembelajaran ini telah tatap muka, sudah tidak menjalani belajar online.

Kepala Center for Entrepreneurship, Tourism, Information and Strategy (CENTRIS) Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid, Dr. Algooth Putranto mengatakan, meski tantangan berat, peluang Edutech tetap ada tapi membutuhkan perhitungan bisnis cermat.

Baca juga: Kemendikbud Sebut Ada 4 Perubahan Paradigma Pembelajaran di Indonesia

"Pasar SD hingga SMA terbuka luas, Edutech juga tidak luput dari fenomena tech winter yang turut melanda sektor digital di tanah air," ucap dia dalam keterangannya, Kamis (25/1/2024).

Dia menyebut, bagi perusahaan rintisan Edutech, Kurikulum Merdeka adalah sebuah peluang. Pada saat ini, memang belum terasa bagi mereka (efeknya), karena masih berproses di tingkat guru.

"Ketika nanti para guru sudah paham dan nyaman dengan Kurikulum Merdeka, Edutech justru sangat dibutuhkan untuk menunjang siswa lebih mandiri," jelas dia.

Sampai saat ini, mayoritas tenaga didik di satuan pendidikan umumnya masih perlu lebih memahami tentang Kurikulum Merdeka dan platform Merdeka Mengajar terlebih dahulu.

Ketika mereka sudah terbiasa, lanjut dia, akan menjadi kesempatan Edutech untuk berkolaborasi dengan para guru dalam memenuhi kebutuhan dan memaksimalkan potensi siswa.

Algooth mengatakan, Edutech perlu mendapatkan perhatian khusus guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Sebab, berdasarkan laporan situs Worldtop21.org pada awal tahun 2023, peringkat pendidikan Indonesia berada di posisi ke-67 dari total 209 negara di dunia, sehingga diperlukan aneka metode pengaran dalam menarik minat siswa.

Dia melihat masih banyak perusahaan Edutech yang tidak gulung tikar diterjang tech winter. Salah satunya Pijar Belajar, merupakan platform Edutech dari PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom.

Baca juga: Perjuangan Guru Abdul Kunjungi Rumah Siswa yang Sulit Belajar Online

Pijar Belajar memiliki nafas panjang, sehingga mampu memanfaatkan momentum di tengah kebutuhan siswa terhadap materi pembelajaran yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja, tanpa terhalang ruang dan waktu.

Kepala Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Suhono Harso Supangkat mengatakan, tech winter semestinya tidak harus terjadi bagi Edutech jika menerapkan konsep digital twin.

Digital twin adalah konsep berbasis data yang dapat membantu mengumpulkan dan mengolah data, kemudian data tersebut digunakan sebagai insight dalam pengambilan keputusan.

Dengan konsep digital learning seperti dari Pijar, maka pola penggunaan pelanggan yang berbasis daring bisa didekati digital twin.

"Digital twin itu lebih melampaui IoT dan big data. Bagaimana kondisi riil kita modelkan, simulasikan, dan kita bisa bertindak cepat terhadap kejadian-kejadian apa saja, sehingga saya rekomendasikan Edutech di Indonesia kolaborasikan operasionalnya dengan digital twin," ucap Prof. Suhono.

Suhono melanjutkan, kerangka kerja penelitian dan pengembangan digital twin sudah dilakukan ITB.

"Konsep digitalisasi yang dikembangkan mengubah proses konvensional menjadi proses digital yang cerdas. Smartization tidak hanya teknologi tetapi juga proses dan manusia," jelas dia.

Oleh karena itu, mencerdaskan kehidupan bangsa saat ini mencakup proses, teknologi, manusia, dan data sebagai infrastruktur.

Baca juga: ITB Mulai Kuliah Tatap Muka Secara Penuh

"Saya mendorong BUMN teknologi seperti Telkom merespon tech winter tak sekedar dari sisi pasar, tapi juga mengaplikasikan digital twin termasuk beri layanan berbasis AI," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com