Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Yakhin Maufa
Editor Kepenulisan

Lulusan Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia

Satu Kata Beda Bunyi

Kompas.com - 19/01/2024, 17:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AKAR dari bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Kuno. Hal ini menyebabkan bahasa Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan bahasa Malaysia karena masih berada dalam satu rumpun.

Namun, walaupun berasal dari satu rumpun bahasa yang sama, bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia sangat jauh berbeda dalam hal kosakata.

Bahasa Indonesia lebih kaya mengenai kosakata karena banyak dipengaruhi bahasa serapan dan bahasa daerah setempat.

Berdasarkan data dari Badan Bahasa Kemendikbud, Indonesia tercatat memiliki 718 bahasa daerah. Keanekaragaman bahasa daerah ini dipersatukan dalam satu bingkai bahasa, yaitu bahasa Indonesia.

Keanekaragaman bahasa daerah membuat bahasa Indonesia juga beragam dalam hal dialek. Keanekaragaman dialek ini memengaruhi beberapa pengucapan dalam bahasa Indonesia.

Hal ini menimbulkan permasalahan baru dalam bahasa Indonesia karena dalam bahasa Indonesia terdapat banyak kata yang maknanya hanya dapat dibedakan lewat pengucapan.

Contoh kata dalam bahasa Indonesia adalah kata “kêcap” yang maknanya adalah kegiatan mengecap atau merasakan dengan lidah dan “kécap” yang maknanya merujuk pada bumbu dapur.

Selain itu, juga ada kata “apêl” yang maknanya adalah buah dan kata “apél” yang maknanya adalah upacara pagi.

Untuk pelafalan huruf /e/ terdiri atas tiga, yaitu [ê] untuk lafal rendah, [é] untuk lafal tinggi dan [Ꜫ] untuk lafal sedang (Chaer, 2013).

Penutur di Indonesia bagian Timur, biasanya sulit membedakan pengucapan [ê] untuk lafal rendah dan [é] untuk lafal tinggi.

Masyarakat Indonesia bagian timur biasanya menggunakan lafal [é] untuk semua pengucapan kata yang memiliki lafal [e].

Kesulitan semacam ini sering disebabkan karena penutur bahasa Indonesia di Indonesia timur masih sangat dipengaruhi dialek dari bahasa bahasa daerah yang notabene memiliki pelafalan tinggi.

Selain ini, terdapat juga kesulitan pengucapan lafal [f] bagi penutur bahasa Indonesia dari suku Sunda.

Penutur bahasa Indonesia dari suku Sunda biasanya mengganti lafal [f] dengan lafal [p]. Kesulitan ini juga memiliki akar masalah yang sama dengan kesulitan lafal [e], yaitu pengaruh bahasa dan dialek daerah.

Dalam bahasa Sunda tidak ada kata yang menggunakan lafal [f]. Hal ini yang menyebabkan penutur dari suku Sunda mengganti lafal [f] dengan lafal [p]. Kesulitan seperti ini yang sering menyebabkan kesalahpahaman makna ketika berkomunikasi.

Keberagaman dialek seperti ini juga menyebabkan pelafalan bahasa Indonesia tidak dapat diberi patokan dalam hal pengucapan seperti bahasa Inggris.

Faktor ini yang semakin membuat masyarakat lebih sulit lagi dalam mengurangi kesulitan dan kesalahan dalam pelafalan.

Langkah preventif yang dapat dilakukan dalam mengurangi masalah ini adalah dengan pengajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar di sekolah.

Guru seharusnya mengajarkan bukan hanya mengenai struktur bahasa, namun juga dalam praktiknya dalam pengucapan. Hal ini dapat membantu dalam mengurangi kesulitan dan kesalahpahaman makna dalam masyarakat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com