Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen Unpas: Milenial dan Gen Z Perlu Aktif Cegah Berita Hoaks Pemilu

Kompas.com - 16/01/2024, 12:27 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Pemilihan Umum (Pemilu) Indonesia akan diadakan 14 Februari 2024 mendatang.

Menjelang Pemilu 2024, banyak berita hoaks berseliweran di media sosial. Kalangan milenial dan Gen Z punya berperan penting dalam menangkal berita hoaks tersebut.

Penyebaran berita hoaks meningkat drastis pasca-penetapan calon presiden dan wakil presiden beberapa waktu lalu.

Berita hoaks juga masif beredar usai debat capres dan cawapres yang diselenggarakan KPU.

Baca juga: Dosen UGM: Berita Hoaks Bahayakan Politik Indonesia

milenial dan Gen-Z cegah berita hoaks

Menanggapi hal tersebut, Dosen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Pasundan (Unpas) Tresia Wulandari mengatakan, sosialisasi jadi cara paling efektif untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak mudah terprovokasi berita hoaks.

Menurutnya, kalangan milenial dan Gen-Z semestinya menjadi target utama pencegahan atau sosialisasi anti-hoaks karena mereka dekat dengan media sosial.

Dengan begitu, masyarakat dari berbagai latar belakang bisa turut berperan mencegah berita hoaks dan menciptakan pesta demokrasi yang berkualitas.

"Milenial dan Gen-Z jadi kelompok pemilih dengan jumlah terbesar di Pemilu 2024. Sebagai pemilih pemula atau first-time voters. Mereka memiliki peran penting untuk menciptakan Pemilu berkualitas karena antusiasmenya tinggi," terang Tresia seperti dikutip dari laman Unpas, Selasa (16/1/2024).

Di sisi lain, milenial dan Gen Z juga rentan terpapar berita hoaks karena masih cukup labil.

Berita hoaks bisa menyebabkan kelompok muda apatis terhadap Pemilu. Sehingga berpotensi dimanfaatkan oleh kelompok tertentu demi kepentingan politik.

Baca juga: Mahasiswa, Ini 7 Cara Cerdas Cegah Berita Hoaks ala Ditjen Dikti

Ciptakan iklim pesta demokrasi yang berkualitas

Selain sosialisasi terkait bahaya berita hoaks, ia menilai literasi media juga penting.

"Fenomena itu erat kaitannya dengan media sosial yang mudah disusupi berita hoaks. Literasi politik juga diperlukan. Misalnya melalui FGD atau pembelajaran politik tanpa melibatkan kepentingan politik tertentu," terangnya.

Berita hoaks politik bisa memicu perpecahan di masyarakat. Terlebih jika masyarakat tidak bisa menyaring dan melakukan cross check kepada sumber-sumber yang dapat dipercaya.

"Manfaatkan kanal resmi dari Kemenkominfo untuk mengecek berita atau informasi itu hoaks atau tidak," imbuhnya.

Baca juga: Dukung Pemilu 2024, UI Izinkan Mahasiswa Kuliah Online pada 5-16 Februari

Tresia Wulandari mengajak agar masyarakat bisa menyaring berita sebelum membagikannya atau sharing agar menjadi pemilih cerdas.

"Hal ini guna menciptakan iklim pesta demokrasi yang menyenangkan dan berkualitas," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com