Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Dekade, Majalah Mata Air: Jangan Sampai Anak Indonesia "Pincang" Menulis dan "Buta" Membaca

Kompas.com - 01/12/2023, 18:06 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Majalah Mata Air melalui pemimpin redaksinya, Astri Katrini Alafta mengingatkan jangan sampai anak Indonesia "pincang" dalam menulis dan "buta" dalam membaca.

Hal ini disampaikan Astri dalam puncak acara "Closing & Awarding Program Lomba Baca Sirah Nabi Semua Membacanya 2023" bertepatan dengan peringatan satu dekade berdiri dan terbitnya Majalah Mata Air.

“Tahun 2013 yang lalu adalah momen di mana para pegiat literasi berpesan bahwa Indonesia kekurangan dalam hal penyediaan bacaan-bacaan literasi positif," ungkap Astri.

"Buya Taufiq Ismail, sastrawan legendaris Indonesia, menyampaikan pesan ketika membandingkan Belanda sebagai negara dengan penduduk sedikit tetapi justru memiliki 20 majalah sastra lebih banyak dari yang diterbitkan oleh Indonesia," jelasnya.

"Maka berangkat dari keresahan dan dukungan dari para pegiat literasi, Majalah Mata Air pun diterbitkan sebagai jembatan penghubung antara para cendekiawan, sastrawan, ilmuwan, dan pemikir, dengan para pembaca yang merindukan inspirasi gagasan-gagasannya," tambah Astri.

"Setelah ini, jangan sampai ada anak-anak Indonesia yang pincang dalam menulis dan buta dalam membaca,” pesannya.

Dalam acara ini, pemimpin umum majalah Mata Air, Edfian Noerdin menyerahkan penghargaan kepada Buya Taufiq Ismail sebagai Pejuang Literasi atas dedikasinya dalam usaha memajukan baca dan tulis masyarakat Indonesia.

Baca juga: BRI Insurance dan IIS Gelar Edukasi dan Literasi Asuransi Syariah kepada Mahasiswa FSAD ITS

Pemenang lomba "Semua Membacanya 2023"

Dalam kesempatan sama, Prof. Ilza Mayuni, Guru Besar Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta memberikan apresiasi atas kontribusi yang selama ini telah diberikan majalah Mata Air dalam penguatan literasi di Indonesia.

“Ada misi khusus yang dibawa Majalah Mata Air semenjak berdirinya 10 tahun silam untuk membangun literasi bangsa. Kita menyaksikan betapa sulitnya menaikkan tingkat literasi di mana kita masih di peringkat 6 terbawah dari skor PISA," ungkap Prof. Ilza.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com