Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemendikbud: "Matching Fund" Dorong Peningkatan Indeks Inovasi Indonesia

Kompas.com - 28/10/2023, 18:47 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Selama tiga tahun pelaksanaan program Matching Fund atau Dana Padanan telah memberikan dampak peningkatan yang signifikan pada Global Innovation Index (GII) atau Indeks Inovasi Indonesia serta Score University-Industry Collaboration atau skor kolaborasi antara industri dan universitas di Indonesia.

Tahun ini, program Matching Fund kembali hadir dengan terobosan baru. Selain lebih awal, Matching Fund 2024 juga melakukan terobosan pembiayaan multiyear atau multi-tahun untuk menjamin keberlanjutan penelitian.

Baca juga: Kemendikbud: Generasi Muda Harus Lestarikan Kebudayaan Indonesia

Pada tahun 2021, GII yang menilai tingkat produktivitas dan inovasi, menempatkan Indonesia di peringkat 87.

Akan tetapi, peringkat tersebut kemudian naik ke peringkat 75 pada tahun 2022 dan semakin naik ke peringkat 61 dari 132 negara di tahun 2023.

Tidak hanya GII, program Matching Fund yang telah berhasil menciptakan ekosistem kolaborasi antara antara perguruan tinggi dan industri dalam menghasilkan produk-produk inovasi juga berdampak pada peningkatan signifikan skor dari University-Industry Collaboration.

Pada tahun 2020 skor University-Industry Collaboration Indonesia adalah 53,5. Sementara itu, pada tahun 2023 skor Indonesia mencapai 87,4 atau meningkat 38 persen.

Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Kiki Yuliati menyatakan, sebagai program terobosan, berbagai capaian Matching Fund tidak hanya membawa manfaat bagi dosen maupun industri saja, tetapi juga terhadap reputasi Indonesia di kancah global yang sedang terus diupayakan oleh pemerintah.

"Kita ingin menimbulkan kepercayaan masyarakat global tentang kesiapan kita menjadi negara yang mampu secara aktif dan produktif ikut dalam berbagai aktivitas ekonomi global," kata dia dalam keterangan resminya, Jumat (27/10/2023).

Menurut Dirjen Kiki, dengan reputasi yang baik di kancah global, maka kepercayaan para investor terhadap Indonesia akan meningkat.

Dengan demikian, diharapkan dapat berdampak signifikan terhadap kemajuan ekonomi bangsa Indonesia.

Dirjen Kiki mengatakan, terdapat pembaruan pada program Dana Padanan 2024, yakni terkait dengan skema pembiayaan yang dapat dilakukan secara multi-tahun.

Baca juga: Cerita Gaby, Lulusan Matana University dengan IPK 3,98

Selain dapat menjamin keberlanjutan riset, menurut Dirjen Kiki, skema pendanaan multi-tahun tersebut juga diharapkan mendorong pelaksanaan teaching factory atau teaching industry di perguruan tinggi vokasi.

"Salah satu yang ingin kami kejar dari multi year ini adalah pembangunan teaching factory atau teaching industry di kampus-kampus vokasi. Karena pada dasarnya pendidikan vokasi adalah industrial based learning," ucap Dirjen Kiki.

Dengan skema pendanaan multi-tahun tersebut, diharapkan industri dapat bekerja sama dengan satuan pendidikan vokasi untuk mendukung pembelajaran sekaligus memproduksi barang atau jasa.

Dosen dan juga peneliti dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Prof. Dedid Cahya Happyanto menyambut baik terobosan baru skema pendanaan pada mukti tahun tersebut.

Selain menjamin keberlanjutan penelitian, skema pendanaan multi-tahun pada Matching Fund 2024 akan sangat menguntungkan bagi industri sehingga diharapkan dapat menarik minat industri yang lebih banyak.

Baca juga: Erica Lulus S1 di IPB dengan IPK 4,00 dan Sudah Bekerja di Pertamina

"Fungsi multi-tahun ini sangat diperlukan karena penelitiannya bisa berkelanjutan sehingga penelitian akan menjadi lebih sempurna," sebut Prof. Dedid.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com