Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Insinyur di Indonesia Masih Sedikit, Jauh Dibanding Vietnam

Kompas.com - 06/10/2023, 07:05 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mencatat ada sekitar 2.671 insinyur per 1 juta penduduk di Indonesia.

Angka ini masih jauh tertinggal apabila dibandingkan dengan Vietnam yang memiliki 9 ribu insinyur per 1 juta penduduk dan Korea Selatan 25 ribu insinyur per 1 juta penduduk.

Baca juga: Rektor UMY: Mahasiswa Harus Jadi Bagian Masyarakat Dunia

Angka insinyur di Indonesia ini tentu dinilai masih sangat sedikit bahkan jauh dari kata ideal.

"Kalau kita bandingkan dengan negara-negara lain, maka angka kita sangat kecil, bahkan jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga sekalipun," ucap Ketua Badan Pelaksana Pengembangan Program Profesi Insinyur, Prof. Asep Kurnia Permadi dikutip dari laman UMY, Kamis (5/10/2023).

Hal ini pun sempat disinggung oleh Wakil Presiden, Ma’ruf Amin dalam kongres Persatuan Insinyur Indonesia (PII) tahun 2021 yang menyebut bahwa jumlah insinyur Indonesia masih sangat sedikit.

Jika dihitung, Indonesia masih memerlukan 300 ribu insinyur, bahkan dalam konteks tertentu, Indonesia masih membutuhkan 1 juta insinyur.

Maka jika dilihat dari jumlah di atas, kata Prof. Asep, Indonesia perlu menambahkan jumlah insinyurnya.

Salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah insinyur di Indonesia adalah dengan mendorong lebih banyak sarjana teknik untuk mengikuti Program Studi Program Profesi Insinyur (PSPII).

"Saat ini, ada sekitar 49 perguruan tinggi di Indonesia yang menyelenggarakan PSPII, tetapi kumulatif lulusannya masih jauh dari kebutuhan yang ada," jelas dia.

Tantangan ini tidak hanya menjadi tanggungjawab PII sebagai penyelenggara PSPII, tetapi juga melibatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjadi insinyur profesional.

"Kita harus melakukan promosi dan sosialisasi pembelajaran kepada masyarakat bahwa untuk berprofesi sebagai seorang insinyur itu harus menjadi seorang insinyur profesional dan itu dimulai dengan kepesertaan di program profesi ini," jelas dia.

Lanjut Asep mengatakan, insinyur Indonesia menghadapi tantangan global yang relatif berat.

"Terutama status kita sebagai negara yang belum bisa mandiri seperti halnya negara-negara maju yang lain. Kita masih banyak tergantung khususnya dalam teknologi kepada negara lain. Untuk itu, kita harus menghadapinya dengan kompetensi dan karakter profesionalitas yang mumpuni sebagaimana terdapat di dalam undang-undang," tutur Asep.

Baca juga: Sosok Stanley, Lulus dari Jurusan Kedokteran UB dengan IPK 3,99

Wakil Rektor UMY bidang Akademik UMY, Prof. Sukamta mengatakan, saat ini Indonesia berada pada era generasi insinyur 5.0, di mana yang menjadi pusat dari segala teknologi adalah manusia.

Maka manusia perlu menempatkan diri pada posisi tengah untuk mengendalikan semua teknologi, sehingga teknologi menjadi ramah kepada manusia.

"Bukan manusia yang dikendalikan oleh berbagai teknologi tapi justru teknologi yang dikendalikan oleh para insinyur untuk kemaslahatan umat dan bangsa," tegas dia.

Baca juga: Tak Pernah Bolos Kuliah, Cara Embun Lulus Kuliah dan Gapai IPK 3,98

Dia pun mengajak seluruh perguruan tinggi untuk berperan aktif dalam menjadikan lulusannya kompeten dan profesional di bidang keteknikan, sehingga jumlah insinyur Indonesia dapat meningkat dengan signifikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com