Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset Save The Children di 2 Provinsi: 1.187 Anak Alami Perundungan

Kompas.com - 22/07/2023, 21:52 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Pada akhir 2022, Save the Children Indonesia melakukan riset mengenai pemulihan pembelajaran di 4 kota dan kabupaten di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Hasilnya, ditemukan sekitar 66 persen atau sebanyak 1.187 anak mengalami perundungan yang bervariasi. Paling banyak ialah mengenai ejekan.

Adapun besarannya sekitar 92 persen. Bahkan lebih buruk lagi sekitar 37 persen pernah mengalami pemukulan.

Riset juga menunjukan bahwa hanya 1 dari 4 anak atau sekitar 24 persen yang berani lapor kepada orangtua bahwa mereka mengalami perundungan.

Baca juga: Save The Children Beri Pelatihan Kesiapsiagaan Bencana bagi 25 Sekolah di Cianjur

Sedang 1 dari 3 anak atau 33 persen bahkan tidak melapor kepada siapapun ketika mereka mengalami perundungan.

Anak berada di lingkungan tidak aman

Menurut Selina Patta Sumbung, CEO Save the Children Indonesia, temuan terkait kekerasan pada anak terutama perundungan sudah sangat nyata.

Hal ini menjelaskan bahwa anak berada di lingkungan yang tidak aman, bahkan beberapa dari mereka tidak berani melapor kepada siapapun.

"Ini sangat membahayakan. Perundungan dapat berdampak pada kesejahteraan dan tumbuh kembang anak, jika ini tidak segera ditangani dengan baik maka Indonesia sulit mewujudkan generasi yang tangguh, berkualitas demi mencapai Indonesia Emas 2045," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (22/7/2023).

Dikatakan, perundungan juga menjadi salah satu penyebab gagalnya pembentukan karakter anak yang tangguh dan mampu beradaptasi.

Hal ini diperkuat dari riset Save the Children yang menemukan bahwa 47 persen anak yang mengalami perundungan cenderung tidak memiliki teman, 28 persen bahkan mengaku tidak memiliki teman belajar kelompok.

Baca juga: Darurat Krisis Iklim pada Anak, Save The Children Berharap Semua Lakukan Aksi Nyata

Dan berujung pada turunnya motivasi anak untuk belajar. Beberapa diantaranya terpaksa harus pindah sekolah atau bahkan memilih untuk putus sekolah.

Faktor utama yang berkontribusi meningkatkan angka perundungan adalah ketidaksadaran. Ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan mengenai perundungan dan bahayanya pada anak.

Selain itu, riwayat mengalami kekerasan termasuk pengasuhan dengan kekerasan, lingkungan masyarakat dan budaya permisif juga menjadi penentu angka perundungan meningkat.

Sejalan dengan sub tema Hari Anak Nasional 2023 yakni wujudkan lingkungan yang aman untuk anak serta "Dare to Lead and Speak Up" maka berbagai pihak perlu mengambil langkah yang serius untuk mengakhiri perundungan pada anak.

Upaya komprehensif perlu dilakukan oleh pemerintah di seluruh tingkatan nasional, provinsi dan kota/kabupaten.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com