Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jurnalisme Profetik Jadi Mata Kuliah Pilihan di UMM

Kompas.com - 24/06/2023, 06:20 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program studi (prodi) Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menggelar seminar Communication Talk yang merupakan seri ke-37 ini mengangkat tema "Jurnalisme Profetik, Jurnalisme Berkemajuan".

Dalam seminar ini didatangkan sejumlah narasumber untuk membahas dunia jurnalisme saat ini.

Salah satu narsumber, Editor Budaya Harian Kompas, Hilmi Faiq mengatakan, ada muatan jurnalisme profetik dalam kurikulum ilmu Komunikasi. Jurnalistik harus berpihak kepada kebenaran dan kemanusiaan.

Mengutip filosofi Kompas, ia menyebut jurnalistik menjunjung amanat hati nurani rakyat, menyapa yang kaya membela yang papa, humanisme transedental, dan menemukan kembali Indonesia.

Baca juga: Cara Daftar KIP Kuliah 2023 Kampus Swasta, Kuliah Gratis sampai Lulus

Praktik jurnalisme yang diterapkan Kompas, kata Faiq tidak hanya berhenti pada 5W+1H. Lebih dari itu setiap peristiwa harus dudukkan masalahnya dan diberi makna.

"Kompas memiliki concern terhadap jurnalisme investigasi untuk mengungkap persoalan yang dipandang sangat urgen diungkap ke publik. Dari situlah Kompas mendudukkan masalah dan memberikan makna di balik berita tersebut," kata Hilmi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (23/6/2023).

Hal serupa disampaikan dosen program studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Widiya Yutanti.

Mengutip Parni Hadi bahwa jurnalisme profetik merupakan jurnalisme cinta. Praktik jurnalistik profetik mengedepankan karakteristik kenabian, dan menyuarakan permasalahan besar di kalangan orang kecil.

"Jurnalisme yang mendorong sifat-sifat kenabian seperti sidiq, amanah, tabligh dan fathonah. Semangatnya bukan hanya menyampaikan kebenaran tapi juga edukasi dan membangun optimisme audience," papar Widiya.

Baca juga: PT CIMB Niaga Auto Finance Buka Lowongan Kerja bagi S1-S2

Contoh praktik jurnalisme profetik

Widiya memberi contoh praktik jurnalisme profetik yakni pernyataan Presiden Jokowi tentang penggunaan anggaran yang kurang tepat di media massa dan media sosial sebagai peristiwa yang memberikan perhatian kepada kaum lemah.

Demikian juga Faiq mengangkat contoh skandal Mario-Rafael sebagai bola salju yang mengungkap berbagai penyelewengan seorang pejabat.

Widiya menyarankan agar fungsi jurnalisme profetik terwujud, diperlukan syarat adanya kebebasan pers, independensi, menampilkan kebenaran, mewujudkan keadilan, dan demi kesejahteraan, dan perdamaian bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil alamin).

Sementara itu ketua prodi Komunikasi UMM Nasrullah menambahkan, ada urgensi untuk mengangkat kembali harkat jurnalistik yang mulai ditinggalkan publik.

Banjir informasi hoaks dan merebaknya platform media sosial membuat karya-karya jurnalistik tidak dipercaya.

Pengabaian terhadap etika jurnalistik, etika pers dan etika bermedia sosial adalah beberapa contoh kemunduran.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com