Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rahayu Widayanti
Direktur Riset

Berpengalaman dalam riset dan konsultasi pasar selama lebih dari 20 tahun

Belajar Kembali ke Sekolah, Bagaimana Masa Depan EdTech?

Kompas.com - 08/04/2023, 07:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Rahayu Widyanti dan Fatimah Afra

SAAT kemunculannya, EdTech diharapkan mendisrupsi dunia pendidikan dan dapat menjadi solusi permasalahan ketimpangan pendidikan yang disebabkan oleh tidak meratanya kualitas guru di Indonesia.

Melalui EdTech siswa di seluruh Indonesia memiliki akses untuk belajar melalui guru yang sama.

Kemudian badai Covid-19 datang memaksa dunia pendidikan berubah. Belajar online menjadi kebutuhan, EdTech mendapatkan momennya untuk bersinar.

Sekarang kasus Covid-19 telah mengalami penurunan, proses belajar-mengajar perlahan tapi pasti kembali dilakukan di sekolah. Akankah EdTech mampu menghadapi perubahan ini?

EdTech di masa pandemi

Pada 2013, terjadi lonjakan kemunculan start-up EdTech yang memang saat itu sedang terjadi fenomena start-up.

Menurut data dari laporan Worldbank 2020 yang berjudul EdTech in Indonesia – Ready for Take-Off?, sebanyak 80 persen pengguna EdTech adalah siswa kelas 11 dan 12 yang sedang bersiap untuk mengikuti UTBK (Uji Tulis Berbasis Kompetensi).

Sangat kecil dibandingkan dengan total siswa Indonesia yang sebagian besarnya masih duduk di bangku SD. Siswa kelas 11 dan 12 hanya kurang 20 persen total siswa.

Walaupun EdTech telah bermunculan sejak 2013, hingga 2020 EdTech tidak memiliki pertumbuhan yang signifikan. Hal ini disebabkan rendahnya kemauan orangtua untuk membayar layanan yang diberikan.

Orangtua adalah pembuat keputusan para siswa untuk membeli atau tidak membeli jasa pendidikan anak.

Sebagian besar orangtua masih khawatir untuk mengadopsi teknologi yang tercermin dari rendahnya tingkat literasi digital di Indonesia yang berada di poin 3,49 pada 2021. Menurut data dari World Bank, hanya 49 persen pengguna yang bersedia membayar jasa pendidikan digital.

Data pengguna EdTechSumber Word Bank Data pengguna EdTech
Pada diagram persentase pengguna berdasarkan rencana pembayaran, pengguna terbagi menjadi dua kelompok, pengguna premium dan gratis.

Pilihan diskon tidak begitu menarik karena banyaknya tawaran untuk menggunakan akun gratis. Dibandingkan dengan kata “diskon” tentulah kata “gratis” lebih menarik.

Sayangnya pengguna yang mau berpindah dari rencana pembayaran gratis ke premium tidaklah besar, hanya 3 persen.

Tantangan lain yang harus dihadapi EdTech adalah rendahnya literasi digital guru serta rendahnya ketersediaan infrastuktur digital. Tak disangka, kedatangan Covid-19 meringankan tantangan-tantangan ini.

Penutupan sekolah memaksa pembelajaran online terjadi. Mau tak mau sekolah, guru, dan orangtua harus mengadopsi teknologi.

Pemerintah cepat-cepat mengambil tindakan untuk menghadapi krisis ini. Kemendikbudristek memberikan kuota belajar untuk siswa PAUD hingga dosen untuk mengakses website dan aplikasi pembelajaran.

EdTech telah mendapatkan momennya untuk bersinar dan telah berusaha untuk membuktikan dirinya mampu meningkatkan proses pembelajaran siswa serta mendukung kegiatan pembelajaran sekolah.

Ruangguru adalah platform yang paling sering didengar pada masa pandemi karena penggagasnya Belva Devara diangkat menjadi staf khusus milenial Presiden dan dipilihnya Ruangguru sebagai salah satu mitra program kartu prakerja.

Pada awal 2020, pengguna Ruangguru meningkat hingga 22 juta orang dari sebelumnya 15 juta pada 2019. Artinya meningkat sebesar 47 persen sekitar 1 tahun. Suatu peningkatan yang luar biasa!

Sebanyak tak kurang dari 70 persen pengguna Ruangguru merupakan siswa yang yang berasal dari keluarga menengah ke bawah yang tersebar di 514 kabupaten/kota dan 34 provinsi.

Pada 14 Maret 2020, Ruangguru membuka Sekolah Online Ruangguru gratis yang memuat video sesuai kurikulum sekolah. Selain itu, Ruangguru juga memiliki dua produk andalan lainnya, yaitu Brain Academy Online dan Ruangkelas.

Brain Academy Online fokus kepada live teaching dan diskusi secara daring. Ruangkelas adalah LSM (learning system management) yang diperuntukan agar guru dapat membuat grup kelas untuk membagikan materi dan mengumpulkan tugas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com