Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sektor Pendidikan Diminta Dibenahi demi Bangun Masa Depan

Kompas.com - 31/08/2022, 10:17 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Perpustakaan harus mengajarkan pengetahuan tentang kearifan lokal dan pengetahuan modern. Kedua pengetahuan tersebut mampu menciptakan masyarakat yang berpengetahuan, inovatif, dan aktif.

Direktur Kebijakan dan Advokasi International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA), Stephen Wyber menyatakan, untuk membangun masa depan yang inklusif pada era digital dan mempersiapkan sumber daya manusia untuk menghadapi persaingan global, sektor pendidikan harus dibenahi secara keseluruhan.

Baca juga: Tunjangan Profesi Guru Hilang di RUU Sisdiknas, Ini Kata Kemendikbud

Pada masa kini, kata dia, yang terpenting adalah memberikan peluang kepada masyarakat untuk mempelajari yang mereka butuhkan dengan pendekatan kepedulian.

Stephen mengingatkan agar tidak hanya terpaku pada pendidikan formal.

Menurutnya, pendidikan harus diperluas hingga ke perpustakaan dan lembaga pembelajaran orang dewasa. Keduanya menjadi infrastruktur yang peduli dengan kesejahteraan dan masa depan masyarakat di setiap kota di dunia.

"Yang diharapkan dari akhir kegiatan ini ialah mendapatkan beberapa pesan kunci dan ide bagus tentang bagaimana bisa menjalankan peran perpustakaan dan lembaga pembelajaran orang dewasa untuk menjadi bagian kunci dari agenda pemerintahan Indonesia yang berdasar pada perhelatan Presidensi G20," kata dia dalam keterangannya, Rabu (31/8/2022).

Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando mengatakan, berdasarkan catatan Bappenas dan BPS, sebagian besar masyarakat Indonesia terjun sebagai kepala keluarga dengan bermodalkan ijazah pendidikan umum.

Baca juga: 10 Sekolah Terbaik di Tangsel dan Bogor Berdasarkan Nilai UTBK 2022

Oleh karena itu, masyarakat tersebut perlu dididik melalui pendidikan non formal.

Dia juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mengubah paradigma perpustakaan di dunia agar dapat bertransformasi dan kehadirannya dirasakan masyarakat. Dia berharap perpustakaan tidak lagi menjadi simbol.

"Misi kita adalah meyakinkan kepada siapa saja bahwa dia bisa berubah dengan satu buku yang relevan dengan pilihan ekonominya. Karena peran untuk menolong masyarakat yang termarjinalkan dengan buku-buku ilmu terapan itu sangat penting," ungkap dia.

Presiden Asosiasi Pendidikan Dasar dan Dewasa Asia Pasifik Selatan (ASPBAE), Nani Zulminarni menyampaikan bahwa sejatinya terdapat enam situasi di mana seseorang dapat tersingkirkan dari proses pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat.

Adapun enam situasi tersebut terdiri dari gender dan usia, disability dan diffability, status sosial, lokasi, metodologi dan pendekatan, serta topik dan fokus.

Menurutnya, enam situasi ini senada dengan sambutan dari Kepala Perpusnas. Untuk itu, paradigma perpustakaan harus berubah agar lebih mampu menjawab kebutuhan masyarakat.

Baca juga: Pakar ITB: Tarif Ojol Tinggi Picu Masyarakat Tinggal Transportasi Umum

"Pustakawan harus bisa men-support proses belajar melalui buku, cerita, data, informasi yang ada di perpustakaan, juga termasuk hasil-hasil riset menjadi sumber pembelajaran pendidikan bagi masyarakat yang lebih inklusif. Ungkapan 'education is not limited to school' harus dimaknai sebagai proses belajar yang sepanjang hayat," tukas Nani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com