KOMPAS.com - Permasalahan stunting masih menjadi perhatian banyak pihak. Untuk itu diperlukan upaya agar generasi mendatang terbebas dari stunting.
Guru Besar bidang Pendidikan Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. dr. Ova Emilia memberikan penjelasan terkait stunting.
Dijelaskan, stunting atau perawakan pendek sebetulnya adalah masalah kekurangan gizi dalam waktu yang lama.
Baca juga: Akademisi UGM: Pencegahan Stunting Bisa Dilakukan sejak Sebelum Nikah
Oleh karena kekurangan gizi dalam waktu lama, maka timbul masalah gizi kronis sehingga mengganggu pertumbuhan tubuh dan perkembangan otak pada penderita.
"Bila stunting, maka paling tidak, 20 atau 30 tahun yang akan datang, maka anak-anak (penderita stunting) ini akan menjadi suatu generasi dengan kualitas yang kurang baik," ujarnya dikutip dari laman UGM, Minggu (15/5/2022).
"Oleh karena itu, perlu kita usahakan agar generasi ke depan menjadi semakin baik dan semakin unggul," imbuh dr. Ova.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, dijelaskan bahwa stunting disebabkan oleh:
1. kondisi kekurangan nutrisi sebelum hamil
2. kondisi kekurangan nutrisi pada saat hamil
3. kehamilan pada usia remaja
4. kemudian karena memberikan makanan penganti ASI yang berkualitas rendah,
5. karena interval kehamilan yang terlalu dekat
6. karena infeksi berulang
Baca juga: Orangtua, Pahami Perbedaan Pendek dan Stunting pada Anak Usia Dini
Jadi, faktor penyebab utama stunting dapat diringkas menjadi tiga hal, yakni:
1. karena pertumbuhan dalam rahim yang terlambat atau disebut dengan ‘janin tumbuh lambat’