Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa UNS Inovasi Alat Penyaring Limbah Cair Tahu

Kompas.com - 28/12/2021, 08:33 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Inovasi terus dilakukan para mahasiswa. Seperti halnya yang dilakukan mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ketika mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Saat ikut KKN, empat mahasiswa UNS melihat kondisi sosial di daerah tempat KKN. Di mana limbah cair tahu langsung dibuang ke sungai. Padahal, limbah cair tersebut kandungannya cukup berbahaya.

Adapun tim terdiri dari empat orang, yakni Rakel Junetty (Prodi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fatata A’izza Rosyada (Prodi Matematika FMIPA).

Baca juga: Webinar UNS: Ini Tips Menulis CV yang Benar dan Menarik

Serta Millenia Trias Puspa Rukmi (Prodi Kimia FMIPA) dan Dji Hanafit (Prodi Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Mereka membuat inovasi yang diberi nama Green-Ma (Utilization of biofilter and manganese greensand for tofu wastewater filtration system). Sebuah alat yang dapat memfilter limbah cair tahu sebelum dibuang ke sungai.

Limbah cair tahu dibuang ke sungai

Menurut Rakel Junetty, limbah cair tersebut memiliki kandungan yang cukup berbahaya apabila dibuang tanpa melalui filtrasi terlebih dahulu.

"Kami prihatin melihat kondisi sosial di daerah tempat KKN. Karena limbah cair tahu langsung dibuang ke sungai," ujarnya dikutip dari laman UNS, Senin (27/12/2021).

Inovasi itu kemudian diikutkan pada ajang Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2ASPO) 2021 yang digelar oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA).

Kompetisi ini diikuti oleh 14 negara dengan juri dari dalam dan luar negeri. Selain medali emas, tim juga memperoleh Special Award dari Yayasan Prestasi Pendidik Indonesia (YPPI).

Adapun penyerahan medali dilangsungkan di Surabaya pada Selasa (14/12/2021) yang lalu.

Ada beberapa tahapan yang harus dilalui oleh tim ini sebelum memasuki invention talk, diantaranya adalah pengumpulan paper, poster dan PPT.

Kemudian sebelum sesi penjurian meraka harus mendaftarkan untuk tampil di invention talk. Mereka bersyukur karena bisa lolos seleksi dan bisa mempresentasikan karyanya di acara invention talk tersebut.

Mereka pun merasa bersyukur atas pencapaian tersebut dan tentunya bahagia, karena ini merupakan lomba offline pertama selama masa pandemi.

"Kami berharap agar karya yang kami teliti ini dapat terus bisa berkembang dan bisa bermanfaat bagi para industri tahu secara umum," kata Rakel.

Baca juga: Mahasiswa ITK Inovasi Produk Pertanian Sisa

Ternyata, mereka tertarik mengikuti ajang ini karena untuk menambah relasi dan pengalaman. Sebab, ini event internasional yang diikuti oleh 14 negara dengan dewan juri berasal dari dalam dan luar negeri.

Di samping itu, karena ini ajang berbentuk invention (pameran), jadi cukup menarik digunakan sebagai momen menunjukkan karya yang diharapkan bisa dikomersilkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com