Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen Unpad Ungkap Sejarah dan Tokoh Bangsa Pencinta Sambal

Kompas.com - 17/03/2021, 12:00 WIB
Mahar Prastiwi,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bagi penggemar makanan pedas, keberadaan sambal bisa menggugah selera makan. Bahkan, keberadaan sambal sebagai pelengkap makan ini sudah ada sejak zaman dahulu.

Di Indonesia, ada banyak sekali jenis sambal. Perbedaan jenis sambal di tiap daerah ini juga menunjukkan bahwa sambal dapat dinilai sebagai penanda identitas suatu daerah.

Dosen Departemen Sejarah dan Filologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Fadly Rahman mengungkapkan, ahli arkeologi Jawa Kuna, Timbul Haryono dan H.I.R. Hinzler, menemukan bukti bahwa sambal telah menjadi bagian dari menu makan masyarakat Jawa jauh sebelum cabai (Capsicum) dari benua Amerika yang dibawa orang-orang Portugis pada abad ke-16 tumbuh di Nusantara.

Baca juga: Guru Besar IPB Temukan Formula Minuman Penurun Gula Darah

“Sebelum cabai masuk ke Nusantara, nenek moyang orang Jawa menggunakan cabai jawa (Piper retrofractum), lada (Piper nigrum), dan jahe (Zingiber officinale) sebagai bahan membuat sambal. Lain hal dengan di Sumatera Utara yang memiliki andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC), yakni tanaman khas yang sejak dulu hingga kini digunakan sebagai pecitarasa pedas,” terang Fadly, dikutip dari laman unpad.ac.id, Selasa (16/3/2021).

Tokoh-tokoh yang gemar makan sambal

Fadly mengungkapkan, ada sederet tokoh di Indonesia yang menyukai sambal. Seperti tokoh pergerakan nasional Tjipto Mangoenkoesoemo. Dari catatan sejarah, Tjipto mengungkapkan kenikmatan rasa tiada tara ketika makan dengan menu sambal terasi dan sambal goreng tempe yang melengkapi hidangan kegemarannya. Seperti gudeg, sayur asam, sayur lodeh, ikan asin, dan pecel.

Begitu juga dengan Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hadjar Dewantara. Tatkala dalam pengasingannya di Belanda selama tahun 1913 –hingga1919, Ki Hadjar Dewantara kerap menjamu makan saudara-saudara sebangsanya.

Baca juga: Cara Ampuh Usir Tikus di Rumah ala Ahli Tikus IPB

Sambal goreng hati adalah salah satu jenis olahan dengan bumbu sambal buatan istri Ki Hadjar Dewantara yang menghiasi menu jamuan para tamunya.

Sekalipun tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti Tjipto dan Ki Hadjar Dewantara telah banyak menempa dan ditempa pengetahuan Barat, bukan berarti selera makan mereka menjadi kebarat-baratan.

"Sejarawan yang berfokus pada sejarah kuliner Indonesia ini mengungkapkan, selera mereka terhadap sambal kian menggugah rasa cintanya terhadap Tanah Air. Kesamaan selera terhadap sambal juga telah menjalin ikatan solidaritas sebagai sesama bangsa," beber Fadly.

Seperti sejarah ketika Soekarno, Hatta dan para pimpinan negara diasingkan oleh Belanda ke Bangka pada masa Agresi Militer tahun 1948 hingga 1949. Selama diasingkan, mereka mendapatkan makanan kaleng sebagai ransum untuk makan sehari-hari.

Mereka lebih memilih menikmati sambal dari cabai yang dipetik di kebun. Agar semua mendapatkan bagian, sambal dibagi sama rata sama rasa.

Sekalipun telah menjadi sosok 'Bapak Bangsa', selera makan Soekarno tidak pernah bisa luput dari sambal.

Baca juga: Peneliti IPB Temukan Obat Herbal Penurun Asam Urat

Kandungan dalam sambal menggugah semangat

Fadly menambahkan, berdasarkan penuturan kisah Inggit Garnasih dan Fatmawati, Soekarno adalah seorang pencinta sambal. Dalam menyiapkan menu makan sehari-hari, kedua istri Soekarno ini kerap menyiapkan sambal sebagai pelengkap hidangan favorit Soekarno, seperti sayur lodeh, sayur asem, dan tempe.

"Ada senyawa capsaicin dari setiap cabai dalam sambal yang dinikmati para tokoh bangsa pada masa lalu. Bukan hanya sekadar memunculkan efek pedas, capsaicin juga menghasilkan suatu zat yang dinamakan endorphin," imbuh Fadly.

Zat ini yang oleh para alkemis diyakini dapat membuat seseorang merasa senang serta mampu meningkatkan kekebalan tubuh.

Baca juga: Dosen Biologi UM Surabaya: Mewaspadai Bahaya Oncom, Ini Cirinya

Keberanian memperjuangkan kemerdekaan bangsa yang tercermin dari kisah para tokoh bangsa pencinta sambal, Mungkin dapat dialegorikan bahwa efek endorphin telah merasuk dalam jiwa para tokoh bangsa.

“Dengan sensasi pedasnya, sambal telah turut serta dalam menggugah semangat kebangsaan,” tutup Fadly.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com