KOMPAS.com – Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memberikan apresiasi dan mendukung semua pihak yang melakukan riset serta inovasi penanggulangan Covid-19, termasuk vaksin Merah Putih.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio berharap, vaksin Merah Putih dapat melalui tahap uji coba pada hewan dalam 2-3 bulan ke depan. Pasalnya, perkembangan vaksin Merah Putih berasal dari isolat virus dari Indonesia.
Pada Senin (31/8/2020), Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) Ali Ghufron Mukti menyampaikan harapannya agar pengguna lebih banyak memanfaatkan hasil riset serta inovasi buatan dalam negeri.
Baca juga: Vaksin Jadi Solusi Hentikan Pandemi? Ini Kata Pakar UGM
Jika hal tersebut dilakukan, terutama pada hasil riset dan inovasi di bidang kesehatan, Indonesia bisa mengurangi impor dan tidak bergantung dengan produk luar negeri.
"Kalau triple helix sudah jalan lalu ada kepastian jaminan bahwa kita bikin inovasi dan produk akan dibeli, maka kualitas dan harga akan semakin baik. Kenapa masih harus impor padahal di sini ada. Itu saya kira PR berikutnya,” imbuh Ghufron pada rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR.
Dilansir dari situs resmi Kemenristek, triple helix merupakan istilah dari kerja sama yang dilakukan oleh pemerintah, akademisi atau perguruan tinggi, dan industri serta masyarakat.
Ke depannya, Ghufron menginginkan adanya komunikasi dan koordinasi agar terhindar dari konsep saling menyalahkan.
“Kalau ini semua bisa, maka kami optimis peneliti dan produsen alat kesehatan kita akan semakin banyak yang bisa mandiri dan profesional. Bayangkan dalam waktu 4 bulan saja sudah ada 61 inovasi baru terkait yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya," ungkap Ghufron.
Sejak virus Covud-19 pertama kali terdeteksi di Wuhan, penduduk dunia masih rentan terhadap penyakit ini. Oleh karena itu, masyarakat membutuhkan vaksin.