KOMPAS.com - Masyarakat Bosnia-Herzegovina memiliki tradisi unik dalam menyambut Ramadhan.
Dentuman Meriam di Benteng Kuning, Sarajevo, yang terdengar melintasi bukit-bukit dan kota-kota menjadi penanda dimulainya ibadah puasa.
Dikutip dari Sarajevo Times, letupan-letupan meriam memeriahkan Sarajevo saat Ramadhan. Tradisi ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Bahkan di permukiman tua Vratnik, meriam juga dibunyikan untuk menunjukkan waktu berbuka puasa.
Ada yang sengaja datang ke Benteng Kuning untuk menyaksikan tembakan meriam, serta menikmati pemandangan kota yang meriah.
Tembakan meriam saat Ramadhan di Sarajevo merupakan tradisi yang sudah ada lebih dari seratus tahun.
Sayangnya, tradisi ini sempat dilarang selama berabad-abad ketika negara tersebut berada dalam naungan Yugoslavia.
Dilansir Britannica, Sarajevo menjadi pusat pemerintahan Bosnia-Herzegovnia sejak kemunduran Kesultanan Utsmaniyah pada 1850.
Pada November 1918, Sarajevo memproklamasikan persatuan dengan Yugoslavia.
Dikutip dari BBC, Yugoslavia pertama kali dibentuk sebagai kerajaan, kemudian dibentuk kembali menjadi negara sosialis pada 1945, setelah kekuatan Poros kalah dalam Perang Dunia II.
Namun, konflik bernuansa agama, budaya, dan kelompok etnis berujung perpecahan Yugoslavia juga terjadi.
Contohnya, konflik di Bosnia yang mendapat dukungan dari kelompok ekstremis di Beograd. Umat Muslim diusir dari rumah mereka dengan alasan pembersihan etnis.
Meski Bosnia-Herzegovina mendeklarasikan kemerdekaan pada 1992, tetapi konflik tidak serta-merta menghilang.
Pada 1933, pemerintah muslim Bosnia dikepung. Sekitar 70 persen wilayah Bosnia dikuasai pasukan Serbia.
Sementara di Bosnia tengah, tentara yang sebagian besar beragama Islam melakukan perang terpisah melawan Kroasia.