KOMPAS.com - Turkiye terkenal dengan kudapan manisnya. Bahkan, negara tersebut menggelar Festival Gula saat Idul Fitri.
Usai 30 hari berpuasa di bulan Ramadhan, muslim Turkiye berkumpul bersama keluarga dan kerabat untuk menikmati penganan manis.
Ada tiga hari khusus yang didedikasikan untuk merayakan Ramadhan dan Idul Fitri dengan Festival Gula.
Festival Gula, atau Seker Bayram dalam bahasa Turkiye, dapat diartikan sebagai pesta gula.
Kendati demikian, asal mula istilah Seker Bayram bukan berasal dari banyaknya makanan manis yang disantap warga Turkiye.
Dikutip dari Daily Sabah, istilah Seker Bayram diyakini muncul karena salah pengucapan sukur bayram, yang berarti hari raya yang patut disyukuri.
Menurut pakar sejarah era Ottoman, Murat Bardakci, istilah sukur merujuk pada rasa syukur karena telah menunaikan kewajiban berpuasa selama sebulan.
Pada zaman Ottoman, kata sukur yang berarti terima kasih dan seker yang berarti gula, dieja menggunakan karakter yang sama dalam alfabet Ottoman.
Tradisi ini bermula dari kebiasaan sultan di zaman Ottoman (1299-1922) memberikan penghormatan kepada ibunya saat Idul Fitri dan membagikan uang jajan ke anak-anak.
Uang tersebut ditaruh dalam kantong kecil yang dihiasi dan digunakan untuk membeli permen. Kebiasaan itu kemudian ditiru oleh masyarakat.
Secara tradisional, Idul Fitri di Turkiye dihabiskan bersama keluarga, berkunjung ke orang yang lebih tua, berdandan dengan penampilan terbaik, lalu berbagi makanan dan hadiah.
Pedagang tak melewatkan kesempatan ini sehingga ada tiga hari usai bulan Ramadhan di mana Turkiye dipenuhi jual beli kudapan manis.
Dikutip dari Inside Out Istanbul, selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri, suasana jalanan kota seperti karnaval, terutama jika ada parade baklava dari janisari, unit utama tentara Ottoman.
Pada zaman Kekaisaran Ottoman, istana membagikan baklava dalam nampan kepada tentara mereka di hari ke-15 bulan puasa.
Pembagian nampan berisi kudapan manis tersebut berkembang hingga dibagikan kepada warga sipil. Tradisi ini disebut halk tatlisi.
Isi nampan yang dibagikan juga bertambah, tak hanya baklava, ada coklat, permen, sirop manis tulumba, dan kue khas Turkiye lainnya.
Toko kue di lingkungan sekitar juga berbaik hati untuk memberikan kudapan kepada para tamu.
Sementara, halaman masjid besar di Istanbul, seperti Sultan Ahmet, Hagia Sophia, dan Eyup Sultan, menjadi lokasi pekan raya yang dipenuhi kios-kios penjual berbagai macam kebutuhan Ramadhan.
Seker Bayram begitu melekat dalam kehidupan masyarakat Turkiye. Tradisi yang kerap disebut Ramadhan Bayram itu terus dilestarikan sejak masa Kekaisaran Ottoman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.