KOMPAS.com - Ada tradisi unik yang dilakukan berbagai negara untuk merayakan 29 Februari, hari yang muncul empat tahun sekali.
Ada yang memperingati hari terakhir di bulan Februari di tahun kabisat dengan lamaran, festival, sampai cara sederhana seperti minum koktail.
Ada mitos soal tahun kabisat yang dituliskan dalam buku Fragments of Death, Fables of Identity: An Athenian Anthropography (1995).
Mitos di mana pasangan yang menikah atau bertunangan pada 29 Februari maka pasangan tersebut akan berakhir dengan perceraian atau kematian.
Namun tradisi warga Irlandia bertentangan dengan mitos tersebut.
Di Irlandia, umumnya laki-laki meminang perempuan. Namun saat 29 Februari, perempuan diberi kesempatan untuk melamar laki-laki.
Meskipun perempuan bisa saja melamar laki-laki kapan pun sepanjang tahun, tetapi secara tradisional di Irlandia hak ini hanya berlaku di tahun kabisat.
Dilansir Huffpost, tradisi ini bermula pada abad ke-5 ketika Santa Brigida dari Kildare dengan getir mengeluh kepada Santo Patrick bahwa perempuan harus menunggu terlalu lama lamaran dari laki-laki.
Lantas, Santo Patrick menetapkan hari terakhir di bulan Februari pada tahun kabisat sebagai kesempatan bagi perempuan untuk melamar duluan.
Tradisi tersebut kemudian dibawa ke Skotlandia oleh para biksu Irlandia.
Di bawah pemerintahan Ratu Margaret pada 1288, Skotlandia mengeluarkan undang-undang yang mengizinkan perempuan untuk melamar laki-laki impiannya pada tahun kabisat.
Undang-undang tersebut juga menyatakan bahwa siapa pun yang menolak lamaran pada hari ini harus disanksi.
Sanksinya bermacam, ada yang dibayar dengan ciuman, sarung tangan, sampai gaun sutra.