KOMPAS.com - Calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan, menyebutkan soal tren deindustrialisasi pada sektor manufaktur Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Anies dalam acara Dialog Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Capres 2024 di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, 11 Desember 2023.
Menurut Anies, kontribusi industri manufaktur terhadap perekonomian Indonesia mengalami penurunan, dari 29 persen pada 2014 menjadi 16 persen pada 2022.
"Tren deindustrialisasi selama beberapa tahun ini, deindustrialisasi pada kontribusi terhadap perekonomian kita menurun signifikan," kata Anies, dikutip dari YouTube KompasTV.
"Misalnya industri manufaktur terhadap PDB 2014 29 persen di tahun 2022 16 persen. Justru kita mengalami deindustrialisasi. Kita mendorong reindustrialisasi berkelanjutan," ujarnya.
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Krisna Gupta membenarkan bahwa kontribusi sektor manufaktur/industri pengolahan terhadap perekonomian memang terus mengalami penurunan jika diukur dalam persentase PDB.
"Akan tetapi ukuran ini bisa memberikan kita kekeliruan dalam analisis, karena persentase PDB manufaktur akan turun jika sektor lain tumbuh lebih cepat," kata Krisna, 12 Desember 2023.
Ia mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), yang menunjukkan bahwa PDB manufaktur masih tumbuh, yakni 5,01persen pada 2022, dibandingkan 5,61 persen pada 2012.
Akan tetapi, Krisna mengatakan bahwa pertumbuhan itu kalah cepat dibandingkan sektor lain.
Misalnya, sektor teknologi informasi yang tumbuh 7,74 persen pada 2022, dan transportasi dan pergudangan yang mengalami pertumbuhan hingga 19,87 persen.
"Sektor IT, transportasi, dan pergudangan misalnya, tumbuh sangat cepat berkat techboom. Apa iya supaya kontribusi sektor manufaktur tinggi, sektor jasa harus kita rem supaya kecil kontribusinya? Kan enggak," ujar Krisna.
Menurut Krisna, industri manufaktur masih tumbuh dan proporsi tenaga kerja di sektor manufaktur masih stabil, meski sedikit berkurang sejak pandemi Covid-19.
"Dengan kata lain, persentase PDB saja tidak dapat kita jadikan satu-satunya indikator untuk menghakimi apakah terjadi deindustrialisasi atau tidak," tuturnya.
Sementara itu, Dosen Administrasi Publik dari Universitas Brawijaya, Rizki Pratama, mengutip data dari Rilis Kajian Tengah Tahun 2023 oleh INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) dengan judul Menolak Kutukan Deindustrialisasi.
Potret deindustrialisasi Indonesia tergambar dari penurunan porsi industri pengolahan atau manufaktur terhadap perekonomian setiap tahunnya. Penurunan ini dirasakan sejak 2002, namun percepatan penurunan terjadi sejak 2009.