Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Pemilu 2024, WhatsApp Gelar "Workshop" Literasi Digital di 8 Kota

Kompas.com - 15/07/2023, 08:55 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - WhatsApp menggelar rangkaian workshop literasi digital bertajuk “Lawan Misinformasi untuk Pemilu Sehat” di delapan kota jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.

Lokakarya yang dilaksanakan mulai Juli sampai Oktober 2023 itu bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam mendapatkan informasi valid seputar kepemiluan.

“WhatsApp berinvestasi dalam mengedukasi pengguna dengan tools untuk mendapatkan informasi terverifikasi dan menemukan informasi yang salah menjelang Pemilu,” kata Public Policy Manager WhatsApp, Esther Samboh, melalui siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (14/7/2023).

Baca juga: Kolaborasi Pemeriksa Fakta dan Kecerdasan Buatan Perangi Misinformasi

Aplikasi percakapan di bawah perusahaan media sosial Meta itu menyadari pentingnya literasi digital bagi masyarakat Indonesia.

Dalam kurun tiga tahun, pengguna WhatsApp di Tanah Air telah mencapai lebih dari 8 juta orang.

Untuk menjangkau wilayah berisiko tinggi berdasarkan Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) dan Pemilihan Serentak 2024, WhatsApp menjalin kerja sama dengan berbagai institusi.

Sejumlah lembaga yang turut terlibat yakni, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), Siberkreasi, dan ICT Watch.

Lokakarya literasi digital dilaksanakan di Ternate, Manado, Jakarta, Bandung, Samarinda, Pekanbaru, Jayapura, dan Kupang.

Baca juga: Perlunya Peningkatan Kapasitas Pemeriksa Fakta untuk Hadapi Disinformasi Teknologi AI

Peserta workshop-nya beragam, mulai tokoh masyarakat setempat, pemuka agama, relawan pemilu, sampai perwakilan mahasiswa.

Diharapkan, 800 tokoh masyarakat di 8 kota mampu mengedukasi komunitasnya masing-masing.

Salah satu materi yang dibagikan yaitu cara mendeteksi misinformasi di aplikasi percakapan, serta mencegah penyebarannya.

WhatsApp memperkenalkan penanda pesan berantai yang dibagikan ulang dengan label “diteruskan” atau “diteruskan berkali-kali”, batas penerusan pesan, dan opsi untuk memblokir dan melaporkan pesan mencurigakan.

Fasilitas tersebut dapat dimanfaatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap kredibilitas informasi dalam pesan.

Selanjutnya, masyarakat disarankan untuk memverifikasi kebenaran informasi lewat pemeriksa fakta.

WhatsApp merangkul International Fact-Checking Network (IFCN) dan menyediakan daftar nomor organisasi pemeriksa fakta yang dapat dihubungi oleh pengguna.

Baca juga: Kenali Ciri serta Pola Video Hoaks di YouTube dan Facebook

Rangkaian workshop jelang Pemilu 2024 ini disambut baik oleh Kemenkominfo dan Bawaslu.

Literasi digital adalah pengetahuan dasar yang wajib dimiliki masyarakat, terutama menjelang Pemilu. Untuk itu kita perlu bangun perisai penangkal hoaks dengan literasi digital, berpikir kritis dan cek fakta,” kata Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo Semuel A Pangerapan.

Sementara itu, Bawaslu berharap workshop dari WhatsApp dapat memperkuat pencegahan pelanggaran dan sengketa proses pemilu.

"Harapannya, daya kritis masyarakat meningkat, kemudian mampu mengidentifikasi dan melawan misinformasi Pemilu,” ujar anggota Bawaslu Lolly Suhenty.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Pernyataan Ronaldo soal Indonesia Tidak Akan Kalah jika Tak Dicurangi Wasit

[HOAKS] Pernyataan Ronaldo soal Indonesia Tidak Akan Kalah jika Tak Dicurangi Wasit

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Unta Terjebak Banjir di Dubai

[HOAKS] Video Unta Terjebak Banjir di Dubai

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Hacker asal Aljazair Dihukum Mati karena Bantu Palestina

[HOAKS] Hacker asal Aljazair Dihukum Mati karena Bantu Palestina

Hoaks atau Fakta
Beragam Hoaks Promosi Obat Mencatut Tokoh Publik

Beragam Hoaks Promosi Obat Mencatut Tokoh Publik

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Mertua Kaesang

[HOAKS] Prabowo Akan Menikahi Mertua Kaesang

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks BPJS Kesehatan Beri Dana Bantuan Rp 75 Juta, Awas Penipuan

INFOGRAFIK: Hoaks BPJS Kesehatan Beri Dana Bantuan Rp 75 Juta, Awas Penipuan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Dugaan Aliran Dana Kementan untuk SYL dan Keluarga

INFOGRAFIK: Dugaan Aliran Dana Kementan untuk SYL dan Keluarga

Hoaks atau Fakta
Hoaks Uang Nasabah Hilang Berpotensi Timbulkan 'Rush Money'

Hoaks Uang Nasabah Hilang Berpotensi Timbulkan "Rush Money"

Hoaks atau Fakta
Menilik Riwayat Peringatan Hari Buruh di Indonesia

Menilik Riwayat Peringatan Hari Buruh di Indonesia

Sejarah dan Fakta
[HOAKS] Elkan Baggott Tiba di Qatar untuk Perkuat Timnas Indonesia

[HOAKS] Elkan Baggott Tiba di Qatar untuk Perkuat Timnas Indonesia

Hoaks atau Fakta
Disinformasi Bernada Satire soal Kematian Elon Musk

Disinformasi Bernada Satire soal Kematian Elon Musk

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] MK Larang Anies dan Ganjar Mencalonkan Diri sebagai Presiden

[HOAKS] MK Larang Anies dan Ganjar Mencalonkan Diri sebagai Presiden

Hoaks atau Fakta
Akun Instagram Palsu Wasit Shen Yinhao Bermunculan Setelah Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Akun Instagram Palsu Wasit Shen Yinhao Bermunculan Setelah Laga Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ronaldo Kritik Kepemimpinan Wasit Indonesia Vs Uzbekistan

[HOAKS] Ronaldo Kritik Kepemimpinan Wasit Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan Diulang karena Ada Kecurangan

[HOAKS] Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan Diulang karena Ada Kecurangan

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com