KOMPAS.com - Laporan terbaru UNESCO menyebutkan, sepertiga gletser yang termasuk dalam situs Warisan Dunia akan menghilang pada 2050 karena dampak perubahan iklim.
Salah satu gletser ikonik yang akan hilang adalah gletser terakhir di puncak Gunung Kilimanjaro, Tanzania.
Hasil penelitian UNESCO bersama Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) menunjukkan, gletser-gletser ini mengalami pengikisan yang semakin cepat sejak tahun 2000 karena emisi karbon dioksida (CO2).
Berdasarkan studi, sebanyak 58 miliar ton es hilang setiap tahun atau setara dengan penggunaan air tahunan di Perancis dan Spanyol. Pengikisan ini juga menyebabkan hampir lima persen kenaikan permukaan laut global.
The glaciers that cap Mount Kilimanjaro in Tanzania will be gone by 2050.
Limiting global warming to 1.5°C could save 2/3 of @unesco #WorldHeritage glaciers.#COP27 will have a crucial role to find solutions.
Read more in our latest report ????
— UNESCO ????? #Education #Sciences #Culture ???????? (@UNESCO) November 3, 2022
Menurut UNESCO, sepertiga gletser yang termasuk situs Warisan Dunia sudah tidak bisa diselamatkan, terlepas dari berbagai upaya untuk mengatasi perubahan iklim.
Namun, laporan itu juga menyebutkan bahwa masih ada harapan untuk menyelamatkan dua pertiga gletser lainnya.
“Laporan ini adalah ajakan untuk bertindak. Hanya pengurangan cepat dalam tingkat emisi CO2 kita yang dapat menyelamatkan gletser dan keanekaragaman hayati luar biasa yang bergantung padanya," kata Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay.
Azoulay menambahkan, Konferensi Tingkat Tinggi ke-27 mengenai perubahan iklim atau COP27 akan memiliki peran penting untuk menemukan solusi.
"UNESCO bertekad untuk mendukung negara-negara dalam mengejar tujuan ini," ujar dia.
Selain pengurangan emisi karbon secara drastis, UNESCO mengadvokasi penggalangan dana internasional baru untuk pemantauan dan pelestarian gletser.
Dana tersebut akan mendukung penelitian yang komprehensif, mempromosikan jaringan pertukaran antara semua pemangku kepentingan dan menerapkan langkah-langkah peringatan dini dan pengurangan risiko bencana.
Setengah dari umat manusia bergantung secara langsung atau tidak langsung pada gletser sebagai sumber air mereka untuk keperluan rumah tangga, pertanian, dan listrik. Gletser juga merupakan pilar keanekaragaman hayati dan memberi makan banyak ekosistem.
“Ketika gletser mencair dengan cepat, jutaan orang menghadapi kelangkaan air dan peningkatan risiko bencana alam seperti banjir, dan jutaan lainnya mungkin mengungsi akibat kenaikan permukaan laut," kata Direktur Jenderal IUCN Bruno Oberle.
Dia mengatakan, laporan terbaru dari UNESCO dan IUCN ini menyoroti kebutuhan mendesak untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan berinvestasi dalam Solusi Berbasis Alam.
Menurut Oberle, langkah-langkah tersebut dapat membantu membendung perubahan iklim dan memungkinkan manusia untuk lebih beradaptasi dengan dampaknya.
Dikutip dari BBC, situs Warisan Dunia yang akan kehilangan gletser pada 2050 yaitu: