KOMPAS.com - Converse All Star atau disebut juga Chuck Taylor All Star memiliki sejarah panjang sebagai salah satu model sepatu populer di dunia.
Sepatu ini tidak sekadar menjadi alas kaki, namun telah diadopsi beragam subkultur dan menjadi identitas fashion yang tidak mengenal kelas sosial.
Dikutip dari Urban Industry, sejarah Converse dimulai pada 1908 ketika Marquis Mills mendirikan Converse Rubber Shoe Company di Maiden, Massachusetts, Amerika Serikat. Sepatu buatan Converse menonjolkan karet sebagai material utamanya.
Pada 1917, perusahaan itu meluncurkan model Converse All Star yang menggunakan kombinasi kanvas asli dan karet sebagai sepatu basket elit. Model ini memiliki desain yang tak lekang oleh waktu dan tetap populer seratus tahun kemudian.
Baca juga: Dilelang, Sepatu Converse Michael Jordan Tahun 1984
Converse All Star adalah sepatu basket pertama yang diproduksi secara massal di Amerika Utara dan di kemudian hari menjadi salah satu sepatu paling ikonik dalam sejarah olahraga.
Penjualan Converse All Star pada waktu itu terbilang cukup baik, namun tidak benar-benar luar biasa sampai akhirnya seorang pria bernama Charles H Taylor atau lebih dikenal sebagai Chuck Taylor bergabung dengan perusahaan.
Pemilik sepatu Converse All-Star tentu tidak asing dengan nama Chuck Taylor yang disematkan pada patch yang terletak di bagian pergelangan kaki sepatu.
Penyematan nama Chuck Taylor pada model All Star adalah penghargaan dari Converse atas kontribusinya yang luar biasa.
Chuck Taylor adalah seorang pebasket dari tim Akron Firestones. Dia bergabung dengan tim penjualan Converse pada 1921 setelah melihat potensi besar dalam desainnya.
Chuck Taylor dikenal karena promosi penjualannya yang cerdas dan ide pemasarannya yang unik, seperti klinik bola basket yang diadakannya di seluruh sekolah menengah di Amerika.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.