KOMPAS.com - Laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa dampak perubahan iklim kini semakin parah.
Dilansir dari AP News, Selasa (13/9/2022) Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebutkan serentetan bencana iklim yang terjadi tahun ini, termasuk banjir di Pakistan, gelombang panas di Eropa, serta kekeringan di China, Tanduk Afrika, dan Amerika Serikat.
Guterres mengatakan, penyebab utama dari berbagai bencana iklim tersebut adalah ketergantungan manusia terhadap bahan bakar fosil.
"Tidak ada faktor alami yang menyebabkan bencana dalam skala baru ini. Itu adalah harga yang harus dibayar dari kecanduan manusia akan bahan bakar fosil," kata Guterres.
Baca juga: Dampak Perubahan Iklim, Zimbabwe Pindahkan Ribuan Satwa Liar dari Habitatnya
Menurut Guterres, laporan terbaru ini menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim kini membawa Bumi ke dalam ancaman yang belum pernah dipetakan sebelumnya.
"Namun setiap tahun kita menggandakan ketergantungan bahan bakar fosil ini, bahkan ketika gejalanya memburuk dengan cepat," ucapnya.
Laporan tersebut menyebutkan peluang 48 persen bahwa kenaikan suhu global dibandingkan dengan masa pra-industri akan mencapai 1,5 derajat Celcius dalam lima tahun ke depan.
Selain itu, ada kemungkinan 93 persen bahwa satu tahun dalam lima tahun berikutnya akan terjadi rekor suhu terpanas.
Berbagai negara sudah mencoba mengatasi bencana akibat perubahan iklim, dan data menunjukkan bahwa kematian akibat bencana alam menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Namun kerugian ekonomi dari bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim diproyeksikan akan meningkat tajam.
Baca juga: Dampak Perubahan Iklim, Cadangan Air di Dataran Tinggi Tibet Diprediksi Turun Drastis pada 2050
Laporan itu menyebutkan bencana iklim mengakibatkan kerugian 200 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,9 triliun per hari.
Laporan PBB mengatakan “kerugian dan kerusakan” seperti itu dapat dimitigasi dengan tindakan tepat waktu untuk mencegah pemanasan lebih lanjut dan beradaptasi dengan peningkatan suhu yang sekarang tidak dapat dihindari.