KOMPAS.com - Pengguna media sosial Australia ramai membicarakan informasi mengenai dokter bernama Dr Luke McLindon di Kota Brisbane, Queensland, karena pernyataan dia terkait Covid-19.
Dilansir dari ABC, percakapan terkait pemecatan dokter spesialis kesuburan reproduksi itu beredar di Twitter dan Telegram yang mendapatkan banyak tanggapan.
McLindon diklaim dipecat karena telah mengumpulkan data keguguran yang 74 persennya terjadi pasca-injeksi atau vaksinasi yang mengganggu kandungan.
Kemudian, menurut sejumlah klaim, dia dipecat untuk membungkam agar data itu tidak diketahui publik. Di Telegram, informasi itu diimbuhi klaim bahwa dokter tersebut tidak mau divaksin.
"Dalam upaya untuk membungkamnya, dia dipecat Jumat lalu!!" bunyi salah satu twit tentang klaim tersebut.
Baca juga: [HOAKS] Vaksin adalah Cairan Beracun
Juru bicara rumah sakit Mater Health yang dimaksudkan dalam unggahan itu menyatakan, McLindon memang pernah bekerja di sana sebagai dokter kandungan dan ginekolog.
Ia tak lagi melakukan praktik di sana sejak November 2021. Rumah sakit tersebut juga tidak melakukan penelitian terhadap tingkat keguguran lima tahun terakhir, terlebih saat pandemi Covid-19 melanda.
Profesor Shaun Brennecke dari Department of Maternal-Fetal Medicine dan Pusat Penelitian Kehamilan di Royal Women's Hospital Melbourne juga memberikan penjelasan kepada ABC.
"(Data yang dipublikasikan selama ini) menunjukkan bahwa vaksinasi tersebut tidak meningkatkan risiko atau menyebabkan keguguran," kata Profesor Brennecke.
Baca juga: [HOAKS] Vaksin Covid-19 Menyebabkan Hepatitis Akut pada Anak
Dia kemudian mengutip sejumlah penelitian di berbagai negara yang mencakup puluhan ribu kehamilan dan hal-hal yang menyebabkan sebagian keguguran.
"Keguguran sayangnya merupakan masalah kehamilan yang relatif umum, terjadi pada sekitar 25 persen dari semua kehamilan, sehingga akan ada kasus perempuan yang mengalami keguguran saat menerima vaksinasi Covid mereka," kata Profesor Brennecke.