Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Beredar narasi dan video di media sosial yang mengeklaim bahwa vaksin merupakan cairan beracun yang memberikan banyak penyakit.
Dalam video, tampak seorang pria menjelaskan kaitan antara Covid-19 dengan 5G, serta mengutip pernyataan dokter kontrovevrsial. Kemudian, dia mengeklaim bahwa vaksin mengandung graphene oxide.
Berdasarkan penelurusan Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar alias hoaks.
Narasi yang mengeklaim bahwa vaksin merupakan cairan beracun yang memberikan banyak penyakit, disebarkan oleh akun Facebook ini dan ini.
Berikut narasinya:
Orang-orang yang telah mengambil Vaksin Covid-19 segeralah cari penawarnya, Vaksin adalah cairan beracun yang akan memberikan banyak penyakit.
Sementara, versi videonya disebarkan oleh akun Twitter ini. Terdapat dua potongan video, masing-masing 2 menit 20 detik dan 1 menit 24 detik.
Video pertama, orang berpeci hitam, dengan baju hitam dan hijau, menjelaskan mengenai keterkaitan Covid-19 dengan jaringan 5G dan agenda 2030.
Dia menjelaskan pernyataan dokter-dokter kontroversial, salah satunya Robert Malone.
Pada video kedua, pria itu menjelaskan mengenai vaksin sebagai bioweapon berbahaya karena mengandung graphene oxide.
"Graphene oxide ini adalah besi, heavy metal yang menyebabkan pemain bola meninggal," ujarnya.
Informasi keliru mengenai vaksin Covid-19 gencar beredar dua tahun belakangan. Teori konspirasi seputar vaksin memiliki kesamaan, yakni tentang agenda elite global dan bagaimana vaksin membahayakan manusia.
Terdapat beberapa poin utama dari narasi tersebut yang dapat dibantah. Berikut penjelasannya:
Kompas.com pada 11 Agusuts 2021, menemukan klaim serupa yang mengaitkan vaksin dengan jaringan 5G.
Terbukti, tidak ada bahan seperti microchip yang dapat menyebabkan vaksin atau penerima vaksin memiliki konektivitas bluetooth atau jaringan 5G.