KOMPAS.com - Selain hoaks, ada istilah yang lebih spesifik untuk menyebut informasi keliru, yakni misinformasi dan disinformasi. Ada perbedaan besar di antara keduanya.
Hoaks tidak hanya bicara masalah informasi yang keliru, tetapi ada banyak faktor yang mempengaruhi penyebarannya.
Faktor itu mulai dari kurangnya literasi digital masyarakat, di tengah pesatnya perkembangan teknologi hingga propaganda atau agenda politik tertentu.
Faktor-faktor tersebut membentuk pola sebaran hoaks yang bereda. Pola sebaran misinformasi dan informasi juga dipengaruhi oleh faktor tersebut.
Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang perbedaan misinformasi dan disinformasi.
Baca juga: Mengenal Infodemik, Misinformasi yang Menyebar Lebih Cepat dari Virus
Misinformasi adalah informasi yang keliru, tetapi orang yang menyebarkannya percaya bahwa itu benar.
Menurut The Debunking Handbook (2020), misinformasi disebarkan karena kesalahan atau tanpa maksud untuk menyesatkan.
Sebarannya bisa dari berita lawas yang awalnya dianggap benar dan disebarluaskan dengan itikad baik.
Secara teknis itu benar tetapi menyesatkan, karena orang tersebut tidak tahu fakta terbarunya atau keliru menangkap informasi.
Terkadang, mitos-mitos seputar kesehatan, astrologi, sains, dunia hiburan, dan lainnya yang bukan berasal dari sumber dan bukti valid, dipercaya masyarakat dan tanpa sadar disebarluaskan.
Baca juga: Teori Konspirasi di Video Plandemic dan Hoaks Terlaris di Media Sosial
Contoh misinformasi:
Disinformasi adalah informasi yang keliru, dan orang yang menyebarkannya tahu bahwa itu salah, tetapi tetap menyebarkannya.
Melansir buku Journalism, ‘Fake News’ & Disinformation (2018) terbitan UNESCO, disinformasi adalah kebohongan yang disengaja dan secara aktif diinformasikan oleh aktor jahat.
Ini menjadi masalah global, karena bisa mencakup berbagai aspek informasi, termasuk perubahan iklim, hiburan, dan yang paling sering, propaganda politik.
Baca juga: Joe Rogan Picu Kontroversi, Spotify Dituntut Tindak Tegas Misinformasi di Podcast