Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AJI Nilai Pelabelan Hoaks ke Karya Jurnalistik Jadi Tantangan Media pada 2022

Kompas.com - 05/01/2022, 15:34 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Pada tahun 2022, media masih akan terus menghadapi sejumlah hoaks yang beredar di masyarakat.

Sebagai bidang yang berkutat pada kerja-kerja verifikasi, media menjadi wadah untuk menepis informasi-informasi keliru yang marak beredar luas di media sosial.

Sekertaris Jenderal (Sekjen) Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Ika Ningtyas mengatakan, selain hoaks itu sendiri, ada sejumlah tantangan yang dihadapi media.

Salah satunya, pelabelan hoaks pada karya jurnalistik.

Baca juga: Label Hoaks Berita Kasus Pemerkosaan di Luwu Timur Dinilai Ancam Kemerdekaan Pers

Salah kaprah

Berdasarkan Catatan Tahunan AJI 2021, ada tiga kasus di empat media berbeda yang mendapat label hoaks dari Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

Ketiga kasus tersebut meliputi:

  1. Pelabelan hoaks pada pemberitaan Kompas.id berjudul "Kehabisan Oksigen, 63 Pasien di RSUP DR. Sardjito Meninggal dalam Sehari" pada 4 Juli 2021, oleh Divisi Humas Polri dan Polda Bengkulu.
  2. Laporan ProjectMultatuli.org berjudul "Tiga Anak Saya Diperkosa, Saya Lapor ke Polisi. Polisi Menghentikan Penyelidikan" yang dilabeli hoaks oleh Polres Luwu Timur pada 7 Oktober 2021.
  3. Pelabelan hoaks pada pemberitaan Republika.co.id dan Kabar6.com berjudul "Didemo Mahasiswa, Kapolresta Tangerang Siap Mundur" pada 16 Oktober 2021 oleh Polresta Tangerang.

Baca juga: AJI Kecam Pelabelan Hoaks terhadap Berita Kasus Kekerasan Seksual di Luwu Timur

Ika menilai, kasus pelabelan hoaks oleh institusi pemerintah, dalam hal ini Polri, merupakan upaya kontrol informasi yang salah kaprah.

"Upaya kontrol informasi ini di ranah online, salah satunya dilakukan Polri itu dengan melabeli berita yang tidak sesuai dengan narasi pemerintah, dilabeli sebagai hoaks. Itu kan salah kaprah," kata Ika saat dihubungi Kompas.com, Rabu (5/1/2022).

Selama ini, pelabelan hoaks ditujukan bagi konten-konten di media sosial atau sumber informasi lain yang terbukti keliru.

Sedangkan, menurut Ika, karya jurnalisitk berbeda. Karya jurnalistik melalui proses verifikasi dan jenjang pemeriksaan yang ketat. Sehingga yang dipublikasikan dapat dipertangugngjawabkan.

Ika berharap, pemerintah atau otoritas lain tidak menggunakan label hoaks untuk mendiskreditkan pemberitaan media yang tidak sejalan dengan narasi mereka.

"Padahal di UU Pers kan sudah jelas, ketika pihak-pihak tertentu keberatan dengan isi pemberitaan, ada sejumlah mekanisme yang diatur yakni hak jawab atau pengaduan ke Dewan Pers," tutur Ika.

Adapun kerja-kerja cek fakta sejalan dengan kerja-kerja jurnalisitk secara umum, yang merupakan bagian dari kerja verifikasi.

"Dengan pelabelan hoaks ini justru kontraproduktif dengan semangat pemerintah untuk melawan hoaks. Kami melihatnya tidak sekedar mendiskreditkan, tapi pengendalian atau kontrol informasi," ucap Ika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] 1 Juta Ton Beras Sintetis Beracun dari China

[HOAKS] 1 Juta Ton Beras Sintetis Beracun dari China

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ratusan Tentara China Mendarat di Indonesia

[HOAKS] Ratusan Tentara China Mendarat di Indonesia

Hoaks atau Fakta
Kumpulan Hoaks Kaitkan Ronaldo dengan Piala Asia U23 dan Timnas Indonesia...

Kumpulan Hoaks Kaitkan Ronaldo dengan Piala Asia U23 dan Timnas Indonesia...

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pfizer Meminta Maaf karena Promosi Vaksin Covid-19 Ilegal

[HOAKS] Pfizer Meminta Maaf karena Promosi Vaksin Covid-19 Ilegal

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks! Ronaldo Kritik Wasit Indonesia Vs Uzbekistan

[VIDEO] Hoaks! Ronaldo Kritik Wasit Indonesia Vs Uzbekistan

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Prabowo Menikah dan Bahaya Vaksin AstraZeneca

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Prabowo Menikah dan Bahaya Vaksin AstraZeneca

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Restoran Siap Saji Terbengkalai

[HOAKS] Foto Restoran Siap Saji Terbengkalai

Hoaks atau Fakta
Sejumlah Konten Hoaks Mencatut Timnas Indonesia di Piala Asia U23...

Sejumlah Konten Hoaks Mencatut Timnas Indonesia di Piala Asia U23...

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Beredar Hoaks Puan Maharani Promosikan Obat Nyeri Sendi

[VIDEO] Beredar Hoaks Puan Maharani Promosikan Obat Nyeri Sendi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Pengurangan Populasi Jadi 800 Juta Jiwa pada 2030

[HOAKS] Pengurangan Populasi Jadi 800 Juta Jiwa pada 2030

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konteks Keliru soal Video Unta Terjebak Banjir di Dubai

INFOGRAFIK: Konteks Keliru soal Video Unta Terjebak Banjir di Dubai

Hoaks atau Fakta
Kilas Balik Indonesia Juarai Piala Uber 1996, Taklukkan China di Final

Kilas Balik Indonesia Juarai Piala Uber 1996, Taklukkan China di Final

Sejarah dan Fakta
Lebih dari 2.100 Orang Ditangkap Selama Demo Pro-Palestina di AS

Lebih dari 2.100 Orang Ditangkap Selama Demo Pro-Palestina di AS

Data dan Fakta
[HOAKS] Komite Wasit AFC dan FIFA Rekomendasikan Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

[HOAKS] Komite Wasit AFC dan FIFA Rekomendasikan Laga Indonesia Vs Uzbekistan Diulang

Hoaks atau Fakta
Kematian Empat Mahasiswa AS Penentang Perang Vietnam pada 1970

Kematian Empat Mahasiswa AS Penentang Perang Vietnam pada 1970

Sejarah dan Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com