Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Film Legendaris Karya Usmar Ismail, Bapak Perfilman yang Akan Dianugerahi Gelar Pahlawan

Selain sebagai sutradara film, Usmar Ismail juga merupakan sastrawan, wartawan, dan pejuang Indonesia.

Selain kepada Usmar Ismail, Presiden Jokowi direncanakan juga akan menganugerahi gelar pahlawan kepada tiga tokoh lainnya yakni Tombolotutu, pejuang asal Sulawesi Tengah; Sultan Aji Muhammad Idris, pejuang asal Kalimantan Tengah; dan Raden Aria Wangsakara, pejuang sekaligus pendiri wilayah Tangerang.

Gelar pahlawan akan diberikan Jokowi tepat pada saat perayaan Hari Pahlawan, 10 November 2021 di Istana Bogor.

Nama Usmar Ismail tidak bisa lepas dari sejarah panjang perfilman Indonesia. Tokoh kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, 20 Maret 1921 ini juga dikenal sebagai Bapak Perfilman Indonesia.

Karya-karya Usmar Ismail di dunia perfilman begitu melegenda. Sepanjang kariernya di dunia film, Usmar Ismail membuat lebih dari 30 film.

Di antara banyaknya karya Sang Legenda, berikut ini kami rangkum lima film karya Usmar Ismail yang melegenda:

1. Darah dan Doa (1950)

Darah dan Doa adalah salah satu karya film milik Usmar Ismail yang paling monumental. Film yang dirilis pada 1950 ini merupakan film pertama yang diproduksi oleh Indonesia setelah resmi menjadi negara berdaulat.

Darah dan Doa juga merupakan film pertama yang diproduksi oleh Perusahaan Film Nasional Indonesia (Perfini). Syuting pertama film Darah dan Doa pada 30 Maret 1950 bahkan diperingati sebagai Hari Film Nasional.

Film Darah dan Doa bercerita tentang seorang pejuang revolusi Indonesia yang jatuh cinta kepada gadis Jerman usai keduanya bertemu di tempat pengungsian.

2. Enam Djam di Jogja (1951)

Berikutnya ada film dengan judul Enam Djam di Jogja. Film ini merupakan film kedua yang diproduksi oleh Perfini.

Rilis pada tahun 1951, Enam Djam di Jogja mengambil cerita peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.

Enam Djam di Jogja menjadi film kedua yang diproduksi oleh PERFINI setelah Darah dan Doa. Film ini dengan sadar melukiskan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 dengan cara fiktif.

Pasalnya, dokumen-dokumen yang ada dirasa belum lengkap dan takut menyinggung berbagai pihak.

Kendati demikian, Enam Djam di Jogja bisa dibilang mendulang kesuksesan yang cukup besar dan kerap ditayangkan di TVRI sampai era 1980-an.

3. Lewat Djam Malam (1954)

Film legendaris karya Usmar Ismail berikutnya adalah Lewat Djam Malam yang rilis pada tahun 1954. Film ini merupakan hasil produksi dari Perfini dan Persari (Perseroan Artis Indonesia) yang didirikan oleh Djamaludin Malik.

Lewat Djam Malam mengambil setting waktu di masa-masa setelah Indonesia memproklamirkan Kemerdekaannya. Ketika itu di Bandung, masih diterapkan aturan jam malam.

Film ini bercerita mengenai seorang tentara bernama Iskandar yang baru saja keluar dari dinas ketentaraan dan ingin memulai hidup baru sebagai orang sipil di Bandung di mana ia dapat berjumpa dengan kekasihnya, Norma.

Lewat Djam Malam juga pernah direstorasi pada 2012 lalu oleh National Museum of Singapore dan World Cinema Foundation, serta pernah diputar di ajang Festival Film Cannes 2012.

Di dalam negeri, Lewat Djam Malam berhasil menyabet penghargaan film terbaik di Festival Film Indonesia tahun 1955.

4. Tiga Dara (1956)

Selanjutnya ada film berjudul Tiga Dara. Diproduksi tahun 1956, Tiga Dara merupakan film bergenre drama musikal yang dibintangi oleh Chitra Dewi, Mieke Wijaya, dan Indriati Iskak.

Film ini menceritakan kisah kehidupan tiga saudari Nunung (Chitra Dewi), Nana (Mieke Wijaya), dan Nenny (Indriati Iskak) yang dibesarkan oleh nenek mereka (Fifi Young).

Sebenarnya mereka juga tinggal bersama sang ayah, Sukandar (Hassan Sanusi), yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Suatu hari, sang nenek mendesak Sukandar untuk mencarikan Nunung jodoh karena khawatir kalau tak sempat melihat cucunya tersebut menikah.

Film ini pernah direstorasi dan ditayangkan ulang di bioskop Indonesia pada Agustus 2016 lalu. Meski termasuk film klasik, cerita yang disampaikan dalam film Tiga Dara masih bisa dinikmati oleh generasi sekarang.

Saat ini, film Tiga Dara hasil restorasi masih bisa disaksikan di situs streaming film legal Bioskoponline.com

5. Ananda (1970)

Film berjudul Ananda ini menjadi karya terakhir Usmar Ismail sebelum wafat pada 1971. Film ini berkisah tentang Irma alias Ananda (Leni Marlina) yang harus berjualan pisang goreng sejak kematian ibunya.

Mendapat ibu tiri yang jahat membuat Ananda sering berpetualang dengan banyak lelaki. Salah satunya adalah Rachim (Frank Rorimpandey), yang merenggut keperawanannya.

(Sumber:Kompas.com/Widya Lestari Ningsih | Editor: Biru Cahya Imanda)

https://www.kompas.com/wiken/read/2021/10/30/122000881/5-film-legendaris-karya-usmar-ismail-bapak-perfilman-yang-akan-dianugerahi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke