Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Kompas.com - 11/05/2024, 21:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Meski begitu, terdapat partikel dari Matahari yang bisa menembus dan terbawa oleh medan magnet ke kutub utara dan selatan.

Medan magnet Bumi cukup kuat untuk melindungi Bumi dari pancaran partikel berenergi tinggi,” tuturnya.

Partikel tersebut kemudian berinteraksi dengan atom oksigen dan nitrogen yang berada di atmosfer Bumi sehingga menghasilkan warna aurora yang beragam.

Adapun aurora tersebut, ungkap Thomas, mempunyai dua nama sesuai dengan lokasi kemunculannya.

Aurora yang muncul di kutub utara disebut sebagai aurora borealis, sementara yang ada di kutub selatan dinamai dengan aurora australis.

Baca juga: Benarkah Aurora Mengeluarkan Suara?

Penyebab aurora tidak muncul di Indonesia

Lebih lanjut, Thomas membenarkan bahwa langit Indonesia dan Malaysia tidak akan pernah "dihiasi" aurora.

Hal tersebut karena adanya medan magnet Bumi serta posisi Indonesia dan Malaysia yang berada di garis khatulistiwa atau lintang tengah.

Sementara partikel dari Matahari tersebut hanya akan terbawa oleh medan magnet Bumi menuju kutub utara dan selatan.

“Karena partikel dari Matahari hanya masuk lewat kutub magnetik, aurora hanya bisa dinikmati oleh pengamat di negara-dekat dekat kutub,” ucap Thomas.

“Tidak mungkin teramati di wilayah tropis seperti Indonesia,” lanjutnya.

Baca juga: Apa Perbedaan Meteor, Asteroid, dan Komet? Berikut Penjelasannya

Penyebab aurora kali ini muncul di lokasi yang biasanya tidak ada

Thomas membenarkan bahwa aurora dapat muncul di sejumlah lokasi yang biasanya tidak ada fenomena itu.

Namun, lokasi-lokasi tersebut masih terletak cukup jauh dari garis khatulistiwa. Sehingga, masih memungkinkan ada kemunculan aurora.

“Itu karena kuatnya badai Matahari pada Rabu (8/5/2024) yang mencapai Bumi Jumat (10/5/2024) kemarin,” terang Thomas.

Adapun badai Matahari tersebut, terang dia, berasal dari suar Matahari atau disebut juga sebagai solar flare.

Meski demikian, Thomas memastikan bahwa fenomena aurora ini tidak terjadi pada periode yang sama setiap tahun.

“Saat ada badai Matahari yang kuat,” pungkasnya.

Baca juga: Ramai soal Tak Ada Badai yang Melintasi Garis Khatulistiwa, Ini Kata BMKG

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Bermaksud Bubarkan Tawuran, Remaja di Kalideres Jakbar Jadi Tersangka

Bermaksud Bubarkan Tawuran, Remaja di Kalideres Jakbar Jadi Tersangka

Tren
Sedikitnya 1.000 Jemaah Haji Meninggal di Arab Saudi, Ini 3 Faktor Penyebabnya

Sedikitnya 1.000 Jemaah Haji Meninggal di Arab Saudi, Ini 3 Faktor Penyebabnya

Tren
Update: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Tanah Suci Capai 225 Orang

Update: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Tanah Suci Capai 225 Orang

Tren
PBB Ketar-ketir Lebanon Bernasib Seperti Gaza, Apa Antisipasinya?

PBB Ketar-ketir Lebanon Bernasib Seperti Gaza, Apa Antisipasinya?

Tren
4 Lowongan KAI untuk Lulusan SMA, Berikut Syarat dan Cara Melamarnya

4 Lowongan KAI untuk Lulusan SMA, Berikut Syarat dan Cara Melamarnya

Tren
Gaduh soal Lumba-Lumba Pink, Asli atau Rekayasa? Ini Kata Peneliti Mamalia Laut

Gaduh soal Lumba-Lumba Pink, Asli atau Rekayasa? Ini Kata Peneliti Mamalia Laut

Tren
Istilah 'Khodam' Ramai di Media Sosial, Apa Itu? Ini Penjelasan Budayawan

Istilah "Khodam" Ramai di Media Sosial, Apa Itu? Ini Penjelasan Budayawan

Tren
5 Perilaku Aneh yang Umum Dilakukan Anjing Peliharaan dan Alasannya

5 Perilaku Aneh yang Umum Dilakukan Anjing Peliharaan dan Alasannya

Tren
28 Wilayah DIY Berpotensi Kekeringan 21-30 Juni 2024, Mana Saja?

28 Wilayah DIY Berpotensi Kekeringan 21-30 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Viral, Video Pengunjung Beri Makan Kuda Nil Sampah Plastik, Taman Safari Bogor: Sedang Dicari Identitasnya

Viral, Video Pengunjung Beri Makan Kuda Nil Sampah Plastik, Taman Safari Bogor: Sedang Dicari Identitasnya

Tren
Profil 10 Stadion yang Menggelar Pertandingan Euro 2024 Jerman

Profil 10 Stadion yang Menggelar Pertandingan Euro 2024 Jerman

Tren
'Wine' Tertua di Dunia yang Ditemukan di Spanyol Mengandung Abu Kremasi Manusia

"Wine" Tertua di Dunia yang Ditemukan di Spanyol Mengandung Abu Kremasi Manusia

Tren
5 Hewan yang Melakukan Kanibalisme Seksual dengan Memakan Pasangannya Sendiri

5 Hewan yang Melakukan Kanibalisme Seksual dengan Memakan Pasangannya Sendiri

Tren
Mengenal Pohon 'Penghasil' Madu Hutan yang Menjulang hingga 88 Meter

Mengenal Pohon "Penghasil" Madu Hutan yang Menjulang hingga 88 Meter

Tren
Harga Tiket Masuk Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko di Libur Sekolah 2024

Harga Tiket Masuk Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko di Libur Sekolah 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com