Pada 2014, tim pencari Kanada menemukan salah satu kapal yang hilang, HMS Terror, di Selat Victoria, Kanada bagian utara.
Dua tahun kemudian, informasi dari nelayan masyarakat adat Inuit yang mendiami kawasan Arktik dan subarktik di Amerika Utara, mengarah pada penemuan HMS Erebus di lepas pantai Pulau King William, Kanada.
Baca juga: Mengintip Kecanggihan Dua Kapal Perang Rp 20,3 Triliun yang Dibeli Kemenhan
Penelitian mengungkapkan, beberapa awak kapal ditemukan tewas di dalam kapal yang terkunci es.
Namun, 105 orang selamat karena perbekalan yang dibawa dan dilaporkan meninggalkan bangkai kapal tersebut pada April 1848.
"Pada akhirnya kita tahu mereka semua meninggal," kata Synnott.
Para ahli menyebut, para kru mungkin mengalami kelaparan dan menderita penyakit kudis serta keracunan timbal karena mengonsumsi makanan kaleng yang buruk.
Ahli lain berpendapat, para pelaut tersebut meninggal karena penyakit pernapasan tuberkulosis dan penyakit kardiovaskular.
Pendapat tersebut berdasarkan catatan yang disimpan dalam "buku sakit" di kapal yang dikirim untuk mencari korban selamat.
Di sisi lain, para pelaut yang meninggalkan kapalnya mungkin terpaksa melakukan kanibalisme untuk bertahan hidup di tengah hamparan salju.
Tulang retak yang ditemukan di Booth Point dan Teluk Erebus menunjukkan, anggota kru kemungkinan besar menyedot sumsum dari tulang rekan mereka yang telah meninggal untuk mengambil nutrisi terakhir.
Baca juga: Berbagai Teori soal Hewan yang Diangkut Kapal Nabi Nuh, Ada Naga dan Unicorn
Synnott dan tim penjelajah pun mengikuti rute ekspedisi melalui Arktik Kanada, berlayar melewati kabut dan badai hingga mencapai Pulau King William.
Menurut catatan Inuit, makam Franklin mungkin terletak di sana. Menemukan makam kapten dinilai dapat mengungkap dokumen, seperti buku catatan dan surat.
Kumpulan catatan tersebut dapat membantu mengidentifikasi anggota kru asli dan menyatukan insiden tragis yang menimpa Franklin bersama seluruh awaknya.
"Kami akan mampu mengisi kekosongan dan menceritakan kisah-kisah dengan kata-kata mereka sendiri," kata Synnott.