Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dapat Sejumlah Kritik Pedas dari Sekjen PDI-P, Ini Tanggapan Gibran

Kompas.com - 01/04/2024, 20:00 WIB
Laksmi Pradipta Amaranggana,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wali Kota Solo sekaligus calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, merespons sejumlah kritik pedas yang dilontarkan Sekjen PDI-P, Hasto Kristiyanto.

Dalam acara diskusi bertajuk “Sing Waras Sing Menang” pada Sabtu (30/3/2024), Hasto melontarkan sejumlah kritik kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan putranya, Gibran.

Hasto mengatakan bahwa PDI-P merasa khilaf karena pernah mendukung Gibran sebagai Wali Kota Solo pada Pilkada 2020.

"Kami jujur saja khilaf ketika dulu ikut mencalonkan Gibran karena di sisi lain memang kami mengakui terhadap kemajuan yang dilakukan Pak Jokowi," kata Hasto, dikutip dari Kompas.com, Minggu (31/3/2024).

Selain itu, Hasto juga menyatakan bahwa kemajuan yang dibawa Jokowi saat memerintah Indonesia dipicu oleh utang yang sangat besar.

Gibran pun menanggapi pernyataan Hasto tersebut saat ditemui di Masjid Raya Sheikh Zayed, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (30/3/2024) malam.

Gibran mengucapkan terima kasih kepada Hasto sekaligus meminta maaf terkait dengan kritik yang disampaikan Sekjen PDI-P tersebut.

“Ya terima kasih Pak Hasto. Kalau khilaf, mohon maaf Pak Hasto,” ungkap Gibran dikutip dari Kompas.com, Minggu (31/3/2024).

Baca juga: Sederet Kritik Pedas PDI-P untuk Jokowi yang Kini Berbeda Haluan...


Tanggapan Gibran yang disamakan dengan pelaku kecelakaan

Selain berbicara mengenai kekhilafan PDI-P dalam mencalonkan Gibran menjadi Wali Kota Solo, Hasto juga menyinggung soal keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengubah syarat usia dalam pencalonan presiden dan wakil presiden sehingga Gibran dapat menjadi cawapres Prabowo.

Hasto menganggap bahwa Gibran belum memiliki pengalaman yang cukup untuk memimpin Indonesia, dilansir dari Kompas.com, Minggu (31/3/2024).

"Karena kedewasaan (penting) dalam mengemban jabatan-jabatan tertentu. Sopir truk (tidak dewasa) saja itu berbahaya, apalagi kaitannya dengan mengelola negara sebesar Indonesia dengan problematika yang sangat kompleks," tutur Hasto.

Adapun sopir truk yang dimaksud adalah sopir truk yang masih di bawah umur dan tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) dalam kasus kecelakaan di Gerbang Tol Halim Utama pada Rabu (27/3/2024).

Hasto menilai, Gibran belum memiliki pengalaman yang cukup untuk memimpin Indonesia dengan berbagai persoalannya yang kompleks.

"Kemudian di tengah-tengah itu muncul seorang anak presiden yang belum mencukupi batas usia, wali kota juga baru dua tahun, kemudian mendapatkan suatu preferensi," ucap Hasto.

Disamakan dengan sopir truk di bawah umur yang terlibat kecelakaan, Gibran balik melontarkan pertanyaan menohok kepada wartawan.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com