Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes Bantah Penyebaran Nyamuk Wolbachia Jadi Penyebab Peningkatan Kasus DBD

Kompas.com - 25/03/2024, 07:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

Berkaitan dengan perubahan iklim

Senada, Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, nyamuk wolbachia bukan penyebab kenaikan kasus DBD akhir-akhir ini.

"Saya kira selain tidak berdasar, juga sulit untuk mencari relasinya pada konteks saat ini, karena peningkatan kasus DBD ini hampir merata ya di semua kota besar," kata dia, saat dihubungi terpisah, Minggu.

Dicky mengungkapkan, kenaikan kasus demam berdarah juga terjadi secara global, baik pada negara yang memanfaatkan wolbachia maupun tidak.

Dibanding wolbachia, dia menyebut peningkatan mungkin berkaitan dengan perubahan iklim yang melanda Bumi.

Baca juga: DBD di Jabar Sentuh 11.000 Kasus, Cuaca dan Kebersihan Jadi Pemicunya

Suhu Bumi yang semakin hangat, terutama di kawasan tropis seperti Indonesia kian membuat nyamuk nyaman untuk berkembang biak.

Belum lagi, curah hujan yang tinggi, sistem drainase yang belum mumpuni, serta perilaku sanitasi yang buruk semakin memudahkan nyamuk untuk berkembang.

"Aedes aegypti jadi semakin banyak, ditambah perilaku masyarakat juga kurang dalam melakukan pencegahan untuk menghindari gigitan," papar Dicky.

"Akhinya terjadi kenaikan ini, trennya memang semakin meningkat dan bisa semakin buruk seiring perubahan iklim," lanjutnya.

Baca juga: Waspadai Lonjakan Kasus DBD Saat Pancaroba, Ini Kata Kemenkes

Efektivitas nyamuk wolbachia tergantung faktor lain

Dicky menambahkan, pengendalian demam berdarah yang efektif sering kali melibatkan kombinasi pendekatan holistik.

Di antaranya, dengan penggunaan insektisida, pembiakan nyamuk yang dikontrol, penggunaan teknologi seperti fumigasi, serta pendekatan partisipatif dengan masyarakat.

Strategi yang holistik dan terpadu tersebut mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi penyebaran penyakit, termasuk interaksi antara manusia, nyamuk, dan lingkungan.

Dalam konteks ini, kata Dicky, penggunaan nyamuk wolbachia merupakan salah satu alat pengendalian demam berdarah yang dapat digunakan bersama dengan pendekatan lain.

Namun, penting untuk diingat bahwa tidak ada satu pendekatan tunggal yang dapat menyelesaikan masalah demam berdarah.

Efektivitas wolbachia dalam mencegah demam berdarah turut dipengaruhi faktor-faktor lain, seperti perilaku manusia, kondisi lingkungan, keberlanjutan program pengendalian, dan variasi genetik dalam populasi nyamuk.

"Upaya kolaboratif yang melibatkan pemerintah, organisasi non-pemerintah, masyarakat, dan sektor lainnya sangat penting untuk mencapai keberhasilan dalam mengendalikan penyakit ini," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Terkait Penerima KIP Kuliah yang Bergaya Hedon, UB: Ada Evaluasi Ulang Tiga Tahap

Tren
Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Catat, Ini 5 Jenis Kendaraan yang Dibatasi Beli Pertalite di Batam Mulai Agustus

Tren
Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Wacana Pembongkaran Separator di Ring Road Yogyakarta, Begini Kata Ahli UGM

Tren
BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang 9-10 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG: Wilayah Hujan Lebat 9 Mei 2024 | Vaksin AstraZeneca Ditarik Peredarannya

Tren
Mengulik Racunomologi

Mengulik Racunomologi

Tren
Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Pemain Bola Malaysia Kembali Jadi Korban Penyerangan, Mobil Diadang Saat Berangkat ke Tempat Latihan

Tren
Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Cara Mengetahui Jenis Vaksin Covid-19 yang Pernah Diterima

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com