Senada, Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, nyamuk wolbachia bukan penyebab kenaikan kasus DBD akhir-akhir ini.
"Saya kira selain tidak berdasar, juga sulit untuk mencari relasinya pada konteks saat ini, karena peningkatan kasus DBD ini hampir merata ya di semua kota besar," kata dia, saat dihubungi terpisah, Minggu.
Dicky mengungkapkan, kenaikan kasus demam berdarah juga terjadi secara global, baik pada negara yang memanfaatkan wolbachia maupun tidak.
Dibanding wolbachia, dia menyebut peningkatan mungkin berkaitan dengan perubahan iklim yang melanda Bumi.
Baca juga: DBD di Jabar Sentuh 11.000 Kasus, Cuaca dan Kebersihan Jadi Pemicunya
Suhu Bumi yang semakin hangat, terutama di kawasan tropis seperti Indonesia kian membuat nyamuk nyaman untuk berkembang biak.
Belum lagi, curah hujan yang tinggi, sistem drainase yang belum mumpuni, serta perilaku sanitasi yang buruk semakin memudahkan nyamuk untuk berkembang.
"Aedes aegypti jadi semakin banyak, ditambah perilaku masyarakat juga kurang dalam melakukan pencegahan untuk menghindari gigitan," papar Dicky.
"Akhinya terjadi kenaikan ini, trennya memang semakin meningkat dan bisa semakin buruk seiring perubahan iklim," lanjutnya.
Baca juga: Waspadai Lonjakan Kasus DBD Saat Pancaroba, Ini Kata Kemenkes
Dicky menambahkan, pengendalian demam berdarah yang efektif sering kali melibatkan kombinasi pendekatan holistik.
Di antaranya, dengan penggunaan insektisida, pembiakan nyamuk yang dikontrol, penggunaan teknologi seperti fumigasi, serta pendekatan partisipatif dengan masyarakat.
Strategi yang holistik dan terpadu tersebut mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi penyebaran penyakit, termasuk interaksi antara manusia, nyamuk, dan lingkungan.
Dalam konteks ini, kata Dicky, penggunaan nyamuk wolbachia merupakan salah satu alat pengendalian demam berdarah yang dapat digunakan bersama dengan pendekatan lain.
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak ada satu pendekatan tunggal yang dapat menyelesaikan masalah demam berdarah.
Efektivitas wolbachia dalam mencegah demam berdarah turut dipengaruhi faktor-faktor lain, seperti perilaku manusia, kondisi lingkungan, keberlanjutan program pengendalian, dan variasi genetik dalam populasi nyamuk.
"Upaya kolaboratif yang melibatkan pemerintah, organisasi non-pemerintah, masyarakat, dan sektor lainnya sangat penting untuk mencapai keberhasilan dalam mengendalikan penyakit ini," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.