Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Ojo Dumeh" Menang Maupun Kalah

Kompas.com - 22/03/2024, 15:12 WIB
Jaya Suprana,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

SEBAGAI warga Indonesia yang tumbuh-kembang di lingkungan kebudayaan Jawa, wajar saya berupaya menghayati inti sukma kearifan Jawa.

Satu di antara sekian banyak kearifan Jawa yang senantiasa menggetar sukma di lubuk sanubari saya adalah "ojo dumeh".

Namun di sisi lain, sukma makna "ojo dumeh" pada hakikatnya terlalu kompleks- matra sehingga sulit demi menghindari kata mustahil dialihbahasakan ke bahasa manapun di marcapada termasuk Latin, Yunani, Sansekerta dan Inggris secara paripurna apalagi sempurna.

Pada permukaan kulit, ojo dumeh siap dimaknakan sebagai jangan takabur, jangan sombong, jangan pongah, jangan lupa daratan, jangan kacang lupa kulit, jangan arogan, jangan tinggi hati, serta jangan-jangan sejenis lainnya.

Namun segenap jangan itu dilebur menjadi satu kesatuan kearifan juga masih belum setara komprehensif dengan makna yang tergabung secara vertikal, horisontal, diagonal, sentrifugal, hiperbolikal, intrastuktural maupun lintas-dimensional yang melekat pada kearifan ojo dumeh.

Pitutur ojo dumeh sangat absah untuk dihayati oleh mereka yang kebetulan menang maupun yang kebetulan kalah dalam kemelut deru campur debu berpercik keringat, air mata dan darah pertarungan memperebutkan suara rakyat sebagai produk demokrasi yang disebut sebagai pemilihan umum.

Pihak yang menang maupun yang kalah sebaiknya sama-sama mawas diri agar senantiasa sadar diri demi sama-sama siuman mengendalikan diri dengan kesadaran sepenuhnya atas kearifan ojo dumeh.

An sich, makna kearifan ojo dumeh juga hadir di dalam apa yang dipopulerkan sebagai moderasi beragama, maka sebenarnya juga berlaku bagi moderasi berpolitik secara sak madyo mantap tertakar nalar.

Pada hakikatnya makna adiluhur di dalam kearifan ojo dumeh juga terkandung di dalam makna adiluhur yang terkandung di dalam kearifan hadits Jihad Al Nafs.

Al Sukuni meriwayatkan dari Abu Abdillah Al Shadiq bahwa ketika menyambut pasukan Sariyyah kembali setelah memenangkan peperangan, Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Selamat datang wahai kalian yang telah melaksanakan jihad kecil, tetapi masih harus melaksanakan jihad akbar“.

Ketika orang-orang bingung maka bertanya tentang makna sabda jihad kecil dan jihad akbar itu, Rasul SAW menjawab: “Jihad kecil adalah perjuangan menaklukkan musuhmu. Jihad akbar adalah jihad Al-Nafs, perjuangan menaklukkan dirimu sendiri.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com