Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Equinox dan Dampaknya bagi Indonesia

Kompas.com - 21/03/2024, 14:45 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena equinox terjadi di Indonesia pada Kamis (21/3/2024).

Sub Koordinator Hubungan Pers dan Media Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwi Rini Endra Sari mengungkapkan, equinox akan terjadi dua kali di Indonesia.

"Fenomena equinox secara periode berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu tanggal 21 Maret 2024 dan 23 September 2024," ujarnya, dikutip dari Kompas.com (19/3/2024).

Rini menyatakan, equinox termasuk fenomena astronomi yang normal dan biasa terjadi di Bumi.

Lalu, apa itu equinox dan bagaimana dampaknya?

Baca juga: Muncul Fenomena Equinox pada 21 Maret, Apa Dampaknya bagi Indonesia?


Mengenal fenomena equinox

Equinox adalah fenomena astronomi ketika Matahari melintasi garis khatulistiwa. Fenomena ini berkaitan dengan posisi titik semu Matahari yang melintasi equator.

Equnox berlangsung dua kali dalam setahun yaitu pada 21 Maret dan 23 September.

Dikutip dari situs BMKG, equinox menyebabkan Matahari dan Bumi memiliki jarak paling dekat dibandingkan waktu lainnya.

Saat terjadi equinox, posisi Matahari akan tepat berada di garis ekuator yakni berada pada posisi zero latitude atau garis lintang 0 derajat.

Kondisi ini membuat wilayah tropis sekitar ekuator Bumi akan mendapatkan sinar Matahari maksimum. Meski begitu, fenomena ini tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis maupun ekstrem.

Fenomena equinox secara umum tidak memengaruhi wilayah di luar equinox. Ini karena setiap daerah memiliki hari tertentu ketika Matahari melintas tepat di atasnya dalam jarak dekat.

Baca juga: Fenomena Equinox di Sejumlah Wilayah Indonesia, Ini Penjelasan Lapan

Dampak equniox

Ilustrasi letak Matahari saar equinox.BMKG Ilustrasi letak Matahari saar equinox.
Dilansir dari Kompas.com (23/9/2021), fenomena equinox terjadi ketika Bumi mengitari Matahari dengan orbit yang miring 66,5 derajat terhadap bidang edarnya.

Akibatnya, belahan Bumi akan condong mengarah ke Matahari. Ini membuat durasi waktu siang di Bumi sedikit lebih panjang daripada waktu malam.

Saat equnox, Matahari terbit lebih cepat 2 menit 16 detik dan terbenam lebih lambat 2 menit 16 detik.

Dengan begitu, waktu siang di khatulistiwa saat equinox akan terjadi selama 12 jam 4,5 menit. Sementara malam hari akan berlangsung selama 11 jam 55,5 menit.

Halaman:

Terkini Lainnya

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com