Hal ini didorong alasan mayoritas responden karena banyaknya promo yang diberikan, selain tentunya lebih praktis dan mudah.
Untuk pembayaran, transfer via virtual account dan e-Money/e-Wallet menjadi metode pembayaran yang paling disukai pengguna.
Saat kami tanya, di manakah paling banyak belanjanya, lebih dari 90 persen responden memilih berbelanja daring di marketplace –sekalipun jasa delivery online dan website toko daring juga memiliki signifikansi tinggi.
Shopee, Gojek, Tokopedia, dan Grab masih menjadi toko online favorit . Beberapa yang lain seperti Traveloka dan Tiket sangat kuat khusus dalam online travel.
Daftar marketplace yang sering digunakan oleh para responden di survei kami adalah Shopee, Gojek (GoFood, GoShop, dll), Tokopedia, Grab (GrabFood, Grabmart, dll), Tiktok, Lazada, Traveloka, Bukalapak, Blibli, dan seterusnya.
Fenomena menarik lainnya yang kami dapatkan adalah lebih dari 30 persen responden berbelanja melalui media sosial lebih dari dua kali dalam sebulan.
Namun sayangnya, pengalaman tidak menyenangkan ketika belanja di medium ini, proporsinya sangat tinggi. Ada indikasi bahwa penipuan lewat media sosial (social shopping) ini meningkat.
Jadi, perlu adanya pengetatan dari sisi regulasi maupun penegakan hukum untuk menjaga keberlangsungan social shopping dan orang-orang yang ekonominya tergantung pada sektor tersebut.
Survei terakhir kami adalah 13 persen responden menggunakan fintech lending (pinjaman daring). Hal ini meningkat dua kali lipat jika dibandingkan tren tahun-tahun sebelumnya.
Adapun rangking nama layanan yang responden gunakan adalah Kredivo, Akulaku, Koinworks, AdaKami, Danacepat, Modalku, Investree, Amartha, Akseleran, dan Flexi Cash by Jenius.
Mengapa masyarakat Indonesia lari ke layanan ini? Jawaban terbesarnya adalah selain proses cepat dan mudah, juga dikarenakan persyaratannya dinilai tidak rumit. Proses pengajuan rata-rata membutuhkan waktu kurang dari 1 jam sampai uang pinjaman cair!
Adapun tujuan pengajuan ini sebagian besar untuk keperluan sehari-hari, sementara beberapa responden menggunakannya sebagai modal usaha.
Untuk nominal yang diajukan cenderung mengalami peningkatan, lebih dari 40 persen mengajukan Rp 1 juta sampai Rp 5 juta. Begitu juga dengan tenor pengajuan, responden cenderung meminjam dengan tenor di atas sebulan.
Senada hal ini, riset kami menemukan 23 persen responden menyatakan pernah menggunakan layanan PayLater dan Shopee Paylater adalah yang paling banyak digunakan.
Motivasi utamanya adalah karena lebih fleksibel saat ada kebutuhan mendesak.
Masyarakat dan pemerintah perlu semakin awas melihat kecenderungan booming pinjaman online (pinjol) yang diindikasikan oleh hasil survei ini, maupun realitas yang memang sedang ramai diperbincangkan oleh publik.
Kenyataan bahwa kebanyakan menggunakannya untuk keperluan konsumtif sehari-hari menambah beratnya permasalahan ini.
Pemerintah, regulator, dan masyarakat perlu bahu membahu mencegah semakin menggilanya permasalahan pinjol dan pay later ke depan.
Setelah semua lanskap penggunaan e-Lifestyle ini, penulis juga harus bahas dari sisi keamanan siber karena terdapat data yang layak kita pelototi.