Menurut National Cancer Institute (NCI), kanker paru-paru adalah jenis kanker paling mematikan di AS.
Penyakit ini menyumbang satu dari lima kematian akibat kanker, diikuti oleh kanker kolorektal yang menyebabkan satu dari 10 kematian akibat kanker.
Sekitar 53 persen kasus terdiagnosis ketika penyakit telah menyebar ke beberapa organ lain.
Sebagian besar kanker paru-paru terdiagnosis pada stadium lanjut karena gejalanya tidak muncul sampai kanker tersebut berkembang cukup cepat.
Tingkat kelangsungan hidup juga turun secara signifikan dalam kasus-kasus ini, dengan kurang dari 10 persen yang bertahan hidup selama lima tahun.
Hanya satu dari empat pasien kanker paru-paru yang bertahan hidup setelah lima tahun.
Ada dua jenis utama kanker paru-paru yaitu sel kecil dan non-sel kecil.
Kanker paru-paru non-sel kecil adalah jenis yang paling umum, mencakup sembilan dari 10 diagnosis kanker paru-paru, dan biasanya tumbuh lebih lambat.
Dilansir dari American Cancer Society, kebanyakan kanker paru-paru tidak menimbulkan gejala apa pun sampai sudah menyebar.
Namun demikian, beberapa orang dengan kanker paru-paru tahap awal memang memiliki gejala.
Gejala kanker paru-paru yang paling umum adalah:
Jika kanker paru-paru menyebar ke bagian tubuh lain, hal ini dapat menyebabkan:
Baca juga: 11 Gejala Kanker Paru-paru pada Wanita, Salah Satunya Nyeri Punggung
Dokter mengatakan, merokok adalah salah satu penyebab utama kanker paru-paru.
Meskipun Tiffany mengatakan bahwa dia tidak pernah merokok, namun paparan asap rokok juga terbukti meningkatkan risiko ini.
Selain itu, laki-laki hampir dua kali lebih mungkin terkena kanker paru-paru dibandingkan perempuan pada tahun 1980 an. Hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat merokok dan paparan zat-zat seperti asbes di tempat kerja.
Namun seiring dengan menurunnya penggunaan rokok dan meningkatnya peraturan keselamatan, pola tersebut telah berubah. Di mana, perempuan muda dan setengah baya kini memiliki tingkat diagnosis penyakit yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Beberapa bukti menunjukkan kondisi tersebut disebabkan lantaran perempuan lebih lambat berhenti merokok.
Tumor Tiffany memiliki mutasi genetik yang dikenal sebagai EGFR (epidermal growth factor receptor). Hal itu berarti, kanker menyebabkan kelebihan protein EGFR yang dapat mempercepat pertumbuhan sel kanker paru-paru.
Selain itu, hal tersebut juga membuatnya memenuhi syarat untuk uji klinis obat yang secara khusus menargetkan mutasi.
“Prognosis kanker paru-paru sangat buruk, dan kemoterapi tidak memiliki rekam jejak yang baik, terutama untuk subtipe kankernya,” kata suami Tiffany, Nick.
Namun demikian, Tiffany mengatakan, meskipun telah menjalani terapi baru, tumor utama di paru-parunya terus tumbuh, dan pengobatannya saat ini tidak lagi efektif.
"Kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada kita pada akhirnya, jadi sebaiknya kita hidup saja setiap saat," katanya.
Baca juga: Studi: Tinggal di Dekat Jalan Raya Tingkatkan Risiko Kanker Paru-Paru
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.