Kondisi ini menyebabkan kekurangan oksigen dan akhirnya meningkatkan detak jantung dan tekanan darah.
Baca juga: Benarkah Menghayal Sebelum Tidur Baik untuk Kesehatan?
Epilepsi merupakan suatu kondisi umum yang mempengaruhi otak, di mana orang mengalami kejang berulang.
Bagi orang-orang yang kejangnya tidak dapat dikontrol sepenuhnya dengan pengobatan, kematian dapat mengancam penderitanya.
Kondisi ini disebut sebagai kematian mendadak akibat epilepsi atau sudden unexpected death in epilepsy (SUDEP).
Meskipun alasan di balik SUDEP tidak sepenuhnya jelas, hal ini sering terjadi pada malam hari.
Selain itu, sekitar 25 penyakit stroke terjadi saat tidur dan risiko kematiannya meningkat saat penderitanya juga memiliki kondisi kesehatan lain, seperti OSA.
Kematian saat tidur akibat stroke terjadi ketika pembuluh darah yang menggumpal atau pecah dan membuat darah tidak dapat sampai ke otak.
Tanpa pasokan oksigen, sel-sel otak akan mati, dan bagian-bagian tubuh yang mempengaruhi daerah kendali otak tidak dapat lagi berfungsi dengan baik, yang akhirnya berakibat pada kematian.
Baca juga: Bangun Tidur Siang Justru Terasa Pusing atau “Badmood”, Ini Penjelasan Dokter
Diabetes bisa menjadi penyebab penyakit lain, seperti penyakit jantung, yang membuat penderitanya berisiko mengalami kematian di malam hari.
Kenaikan kadar gula darah di malam hari dapat mengakibatkan kematian yang tidak terduga, dilansir dari Verywell Health.
Meskipun penderitanya sudah menjaga kadar gula darah di siang hari, namun kondisi gula darah naik di malam hari sulit dihindari.
Hal ini terjadi karena pasien tidak dapat memantau glukosa darah saat tidur. Kadar gula darah yang turun terlalu rendah saat malam hari meningkatkan risiko kejang dan kematian.
Fenomena yang dikenal sebagai sindrom kematian di tempat tidur atau dead in bed syndrome.
Baca juga: Bolehkah Minum Obat Sakit Kepala agar Tidur Nyenyak? Ini Kata Ahli UGM