KOMPAS.com - Hamas dan Israel resmi menyepakati gencatan senjata selama empat hari, yang telah dimulai sejak Jumat (24/11/2023) pukul 07.00 waktu setempat atau 12.00 WIB.
Diberitakan Kompas.com, Jumat (24/11/2023), kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel tercipta atas upaya negosiasi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.
Ini menjadi jeda pertempuran pertama dalam perang yang telah berlangsung kurang lebih tujuh pekan.
Dalam gencatan senjata tersebut, sejumlah sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza akan dibebaskan, dengan imbalan tahanan Palestina juga dilepaskan Israel.
Baca juga: Sejarah Runtuhnya Uni Soviet dan Kemerdekaan Negara-negara Pecahannya
Lantas, apa yang dimaksud dengan gencatan senjata?
Gencatan senjata adalah perjanjian yang mengatur penghentian seluruh aktivitas militer untuk jangka waktu tertentu di suatu wilayah konflik tertentu.
Hal ini dapat diumumkan secara sepihak, atau dapat dinegosiasikan antara pihak-pihak yang berkonflik.
Menurut laman Britannica Dictionary, gencatan senjata perjanjian untuk menghentikan perang dalam jangka waktu tertentu sehingga dapat dibuat perjanjian yang tetap untuk mengakhiri perang.
Masing-masing wilayah atau negara yang berkonflik akan mengirimkan perwakilannya untuk merundingkan gencatan senjata.
Baca juga: Hamas dan Israel Bebaskan Sandera di Hari Pertama Gencatan Senjata
Sejalan dengan itu, dilansir dari laman The Practical Guide to Humanitarian Law MSF, istilah gencatan senjata umum digunakan untuk konvensi militer, yang tujuan utamanya adalah untuk menghentikan sementara permusuhan di seluruh medan perang.
Gencatan senjata atau gencatan senjata tidak mewakili berakhirnya permusuhan, hanya penghentian sementara permusuhan atau aktivitas militer.
Selain itu, hal ini tidak mencerminkan berakhirnya keadaan perang secara yuridis, sehingga perjanjiannya berbeda dengan perjanjian perdamaian, yang memang mencerminkan berakhirnya konflik.
Gencatan senjata umumnya dilakukan saat keadaan memungkinkan untuk pemindahan, pertukaran, dan pengangkutan mereka yang terluka atau sakit akibat pertempuran.
Hal ini juga dilakukan untuk mengumpulkan kekuatan, mengevaluasi otoritas dan rantai komando lawan, atau melakukan negosiasi.
Baca juga: Mengenal Jalur Gaza, Titik Konflik antara Hamas dan Israel