Hal tersebut terjadi usai pipa saluran air di lereng Gunung Merbabu rusak karena hutan pinus terbakar.
"Sudah ada pipa-pipa yang terbakar, tapi untuk jumlah pastinya belum masuk karena kebakaran masih terjadi dan belum dipadamkan," ujar ketua Forum Komunikasi Organisasi Masyarakat Getasan Riska Dwi Prasetyo, dikutip dari Kompas.com, Sabtu.
Menurut Riska nasib ternak warga ketika Gunung Merbabu terbakar juga perlu diperhatikan.
Sebab, kebanyakan ternak yang dimiliki warga adalah sapi. Ia berharap ternak dipindahkan ke tempat yang lebih aman.
"Tapi ini kita assesment dulu, kalau memang membutuhkan tempat aman, nanti kita carikan. Tapi kalau memang masih kandang di atas, sementara warga mengungsi, kita bantu pengamanan," ujarnya.
Baca juga: Viral, Video Sapi di Lokasi Kebakaran TPA Jatibarang Semarang, Bagaimana Kondisinya?
Bupati Semarang Ngesti Nugraha menyebutkan, jumlah warga yang mengungsi sebanyak 63 orang berdasarkan data pada Sabtu pukul 14.30 WIB.
Ngesti mengatakan, puluhan warga mengungsi di Balai Desa Batur.
"Ini merupakan langkah pengamanan pertama agar warga merasa aman dan sehat dulu. Kita fokus ke kesehatan warga yang terganggu karena asap," ucapnya.
"Memang pemadaman dengan manual, kita upayakan penyekatan karena itu yang paling bisa dilakukan saat ini. Semoga api cepat padam," tambahnya.
Baca juga: Alasan Mbok Yem Menolak Turun dari Puncak Gunung meski Hutan Lawu Terbakar
Kebakaran Gunung Merbabu terdeteksi pada Jumat sekitar pukul 08.30 WIB.
Sulaksono mengatakan, ada dua titik api yang semuanya mengarah ke Desa Tajuk, Kabupaten Semarang, Jateng.
BTNGMb sudah berusaha memadamkan api dengan cara manual menggunakan suplai air dari tangki.
Meski begitu, upaya pemadaman terkendala karena angin kencang sehingga api yang sudah padam kembali menyala.
"Kalau arah angin mengarah dari barat laut ke tenggara, itu dampaknya langsung ke Boyolali," jelas Sulaksono dikutip dari Kompas.com, Jumat.