Masyarakat juga perlu menghindari kontak dengan kulit dan luka dari pasien yang positif cacar monyet.
"Berhubungan seksual yang aman, sehat, bersih. Hindari hubungan seksual jika sedang sakit atau bergejala (cacar monyet)," lanjut dia.
Baca juga: Sederet Mitos dan Fakta Seputar Cacar Monyet yang Wajib Diketahui
Syahril mengungkapkan, puskesmas di setiap kecamatan akan memantau kontak erat secara nonseksual di antara masyarakat untuk mengindentifikasi gejalanya.
Sementara pasien yang melakukan kontak erat seksual dengan pasien akan diisolasi dan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Setiap ada kasus positif akan langsung dilakukan isolasi di rumah sakit termasuk suspek yang sedang menunggu hasil PCR.
Syahril juga memastikan pihaknya akan menyiagakan ruang isolasi rumah sakit, menyiapkan obat antivirus, dan berkoordinasi dengan para pakar.
Baca juga: Kasus Cacar Monyet Bertambah Jadi 9, Adakah Potensi Menyebar ke Luar Jakarta?
Syahril mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah melalukan berbagai langkah untuk mendeteksi, mencegah, dan menanggapi penularan wabah ini.
Menurutnya, Kemenkes dan Dinkes DKI Jakarta tengah menggerakkan aksi deteksi dini untuk segera mengobati pasien.
"Penemuan kasus aktif tidak hanya pada kontak erat kasus, tapi juga suspek yang bergejala yang datang ke fasilitas kesehatan segera diperiksakan PCR jika memenuhi kriteria suspek," jelasnya.
Baca juga: Kemenkes Gelar Vaksinasi Cacar Monyet 24 Oktober, Siapa Penerimanya?
Untuk melakukan pemeriksaan, Kemenkes menggunakan laboratorium Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) dan Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) DKI Jakarta.
Pasien yang positif akan menjalani pemeriksaan lanjutan. Deteksi dini dan pemeriksaan ini penting untuk mencegah kematian.
"Tingkat kematian sekitar 1 persen. Dari 100 kasus positif bisa 1 meninggal mayoritas karena infeksi sekunder dan kondisi imunitas rendah," katanya.
Adapun kelompok yang berisiko mengalami kematian adalah Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL), ibu hamil, ibu menyusui, anak, dan lansia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.