KOMPAS.com - Pelangi adalah fenomena lengkungan warna-warni yang terbentuk ketika cahaya matahari dibiaskan oleh tetesan air.
Fenomena pelangi paling umum adalah ketika cahaya matahari jatuh pada kumpulan tetesan air, seperti hujan, semprotan, atau kabut.
Dikutip dari laman Britannica, sinar berwarna pelangi disebabkan oleh pembiasan dan pantulan internal cahaya yang masuk ke tetesan hujan.
Setiap warna dibelokkan melalui sudut yang sedikit berbeda. Oleh karena itu, warna komposit dari cahaya yang datang akan terpisah saat muncul dari tetesan air.
Pelangi yang paling cemerlang dan paling umum disebut busur primer, yang dihasilkan dari cahaya yang muncul dari tetesan air setelah satu kali pemantulan internal.
Baca juga: Proses Terjadinya Aurora, Fenomena Cahaya di Langit Kutub Bumi
Sejalan dengan itu, dilansir dari laman Royal Meteorological Society, Anda dapat melihat spektrum warna pelangi saat cahaya melewati tetesan hujan pada sudut berbeda sekitar dua derajat, dari merah ke ungu.
Agar pengamat dapat melihat pelangi, ia harus berada pada posisi tertentu yang relatif terhadap matahari dan tetesan air.
Matahari berada di belakang pengamatnya, dan tetesan air seperti hujan atau kabut harus berada di depan.
Semakin rendah posisi matahari di langit, semakin banyak lengkung pelangi yang akan terlihat, dengan sudut harus kurang dari 42 derajat di langit.
Baca juga: Bagaimana Proses Terjadinya Tsunami? Berikut Penjelasannya
Dilansir dari laman National Geographic, berikut adalah beberapa variasi dari fenomena pelangi yang bisa diamati:
Atmosfer di seberang pelangi, yang menghadap matahari, sering kali bersinar. Cahaya ini muncul ketika hujan atau gerimis turun antara orang yang mengamati dan matahari.
Cahaya tersebut terbentuk oleh cahaya yang melewati tetesan air hujan, tidak dipantulkan olehnya. Beberapa ilmuwan menyebut cahaya ini sebagai cahaya zero-order.
Salah satu variasi menarik dari fenomena ini adalah "pelangi ganda", di mana pelangi sekunder yang redup muncul di atas pelangi utama.
Pelangi ganda terjadi karena cahaya dipantulkan sebanyak dua kali di dalam tetesan air hujan. Akibat pemantulan kedua ini, spektrum warna pelangi sekunder menjadi terbalik.
Baca juga: Proses Terbentuknya Fosil dalam Waktu Ribuan hingga Jutaan Tahun