Sebuah studi dari Cornell University yang terbit dalam jurnal Physiology & Behavior (2010) mengamati perilaku makan yang menyebabkan kenaikan atau penurunan berat badan.
Hasilnya, orang yang mengaku makan oatmeal untuk sarapan bertambah sekitar 0,83 pon atau 0,37 kilogram dalam sebulan.
Menurut studi, menginstruksikan orang untuk makan oatmeal dapat mendorong konsumsi berlebihan secara tidak sengaja.
Dorongan terutama terjadi jika seseorang melupakan porsinya, termasuk menambahkan terlalu banyak bahan pelengkap dengan kandungan tinggi gula.
Baca juga: 3 Potensi Efek Samping Ubi Ungu, Apa Saja?
Tingginya kandungan serat pada oatmeal berpotensi memicu rasa kembung, apalagi jika tidak terbiasa mengonsumsi secara rutin.
Dilansir dari laman Eat This, biji-bijian utuh seperti gandum dan oat mengandung serat, glukosa, dan pati yang tinggi.
Semua bahan tersebut akan dikonsumsi oleh bakteri usus yang dapat menyebabkan gas serta kembung pada beberapa orang.
Guna mengurangi efek samping oatmeal ini, mulailah mengonsumsi dengan jumlah kecil, kemudian tingkatkan porsi secara bertahap.
Oatmeal umumnya memiliki rasa hambar dengan tekstur cenderung lembek seperti bubur, sehingga cukup membosankan untuk dimakan.
Oleh karenanya, untuk menambah kenikmatan saat menyantap makanan ini, tak jarang seseorang menambahkan topping manis, seperti coklat atau susu kental manis.
Padahal, tambahan topping tersebut dapat menurunkan nilai gizi oat sekaligus meningkatkan kadar kalori, lemak, gula, dan karbohidrat ekstra.
Sebagai gantinya, cobalah menggunakan bahan tambahan, seperti yoghurt, susu rendah lemak, dan buah-buahan termasuk pisang dan mangga.
Baca juga: Sering Digunakan untuk Diet, Kenali 3 Efek Samping Nasi Merah bagi Tubuh
Meski membantu menurunkan berat badan dengan menekan nafsu makan, terlalu banyak makan oatmeal pun dapat menyebabkan malnutrisi dan pengeroposan massa otot.
Efek samping oatmeal ini lantaran manfaat kenyang lebih lama, sehingga kemampuan tubuh untuk memberi sinyal makan sering kali menghilang.